Friday, March 21, 2014

Surabaya Heritage Tracking Bareng Teman Blogger

Warning; postingan kali ini lumayan panjang. Yakin deh jarang ada yang baca semuanya. Hehehe. Saranku buat yang emoh baca semuanya, intinya ada di bagian paling bawah. Yakin, kalian pasti suka. Hehehe
Bus yang membawa kami wisata sejarah kota tua Surabaya
Yap, Rabu kemarin emang sengaja aku nginap di kosan lamaku. Suamiku hari itu ada pelatihan sampai menginap dua hari. Hihihi aku yang emang enggak berani sendiri biasanya ngelayap ke kost. Seperti hari itu, sejak pagi aku sudah di kosan buat naruh perlengkapan menginapku kemudian meluncur ngantor sebentar di kantor majalah yang kubidani. Baru sore, kepikiran kegiatan esoknya, pagi pasti kost sepi. Dulu enak, ada satu orang yang stay di kost, sekarang semuanya sibuk. Dari pada bete sendirian di kost, aku buat schedule aja ke museum House of Sampoerna.

Aku memang belum pernah ke sana sama sekali. Walaupun enggak tahu tempatnya, pokoknya nekat mau ke sana sendiri. Pas blogwalking ke tempatnya mbak Yuni, aku kepikiran ngajak dia. Nothing to lose aja, kalau ada mbak Yuni lebih seru kayaknya. Mbak Yuni kan punya kamera, hihihi modus yang ini. Tapi kalau enggak bisa, tetep nekad (pakai "d") sendirian.

Berbekal ketidak tahuanku akan tempatnya, aku lebih memilih naik angkot. Aslinya mbak Yuni sudah nawarin untuk menjemput sih. Cuma enggak enak aja kalau ngerepotin. Mbak Yuni bisa turut serta dan membawa kameranya saja itu lebih berarti. Jadilah motorku kuparkir di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL/Rumkital) Dr. Ramelan berlanjut jalan kaki nyebrang bawah jembatan layang Wonokromo, alias Indosiar, tempat naik angkot. As you know, dulu dekat jembatan layang Wonokromo emang ada bill board Indosiar, meskipun sekarang udah enggak ada orang tetep nyebutnya Indosiar.

Dari bawah Jembatan (Indosiar) tersebut naik Lyn M dengan tarif 4.000 rupiah. Aman dah kalau sudah dalam angkot. Meskipun lumayan panas enggak usah nyasar. Menurut instruksi teman kostku, tinggal bilang "Jl. Rajawali mau ke House of Sampoerna" ke pak sopirnya. Kemudian jalan kaki atau naik becak aja.

E tapi semakin lama di angkot semakin panik. Sama sopir angkotnya aku malah dioper ke angkot temannya. Enggak sampai-sampai pula, padahal aku berangkat dari jam 8 kurang 10 menit. Di tambah, dibanding angkot pertama, angkot kedua ini ada pembatas kaca dengan sopirnya. Beuh, jadinya teriak-teriak dah. Takut sopirnya lupa, ada mungkin aku nanya sampai 5 kali untuk memastikan sopirnya kelupaan nurunin aku.

Puas dibawa muter-muter pak Sopir, aku diturunin di tempat yang kuminta. Dapat bonus guide rute ke arah House of Sampoernanya. Aku memilih jalan enjoy pagi sambil menjajal sandal Jelly Shoes ini. Lumayan bikin betah daripada hellku yang lain.

Mbak Yuni sudah sampai duluan di House of Sampoerna. Malu deh, aku yang ajak dan aku yang bikin janji waktunya pukul 8.30 malah datang terlambat. Hitunganku supaya bisa ikutan rombongan pagi. Eh, malah kata Mbak Yuni sudah berangkat, tepat saat Mbak Yuni sampai. Huhuhu. Untungnya masih kebagian kursi siangnya. Hem... lumayan buat foto-fotoan.

Di Museum of Sampoerna ternyata sedang ada pameran radio tua dan lukisan juga. Mungkin radio tua ini juga merupakan bagian dari bapak perusahaannya PT. HM Sampoerna. Itu lho perusahaan Philips, yang juga memproduksi lampu pijar, nama perusahaannya PT. Philips Moris Indonesia, sekarang menjadi pemilik Sampoerna. Nah, kebanyakan radio tua yang dipamerkan produknya Philips jaman dulu.

Lucu-lucu deh radionya, gedhe-gedhe pula. Tapi itu bukan isi museum utamanya. Museum utamanya tetap sama Sejarah Pabrik Tua Sampoerna. Jadi salah kaprah jika banyak yang menyebut House of Sampoerna adalah Museum Rokok, yang benar Museum Sejarah Sampoerna. Meskipun kepemilikian sudah berpindah tangan, kekayaan sejarah harus tetap dipelihara. Bagaimanapun Sampoerna enggak akan pernah lepas dari keluarga Sampoerna yang dirintis Liem Seeng Tee.

Kebetulan pas aku ke sana bareng sama bule, bule china tapi. Kayaknya kalau enggak Singapore, Malaysia deh. Mereka enggak ngomong mandarin, tapi ngomong bahasa Inggris dan bisa bahasa Indonesia. Jadi kita barengan dipandu guide, ngomongnya bahasa Indonesia. Sesekali menjawab menimpali omongan bulenya pakai bahasa Inggris. Lumayan ngerti sedikit-sedikit.

Sampai pukul 13.00 kami naik bis. Temanya pas tentang bisnis yang pernah berkembang di Surabaya dulu. Rutenya mulai dari JMP. Taukan JMP, Jembatan Merah Plaza yang sudah sejak zaman baheula jadi pusat perdagangan sampai sekarang. Berlanjut ke kampung pecinaan dan kampung arab tapi enggak transit. Kalau siang rute transitnya hanya dua kali, di Klenteng sama di Museum Bank Mandiri. Heran ya, temanya tentang bisnis tapi kok ke Klenteng? Hehehe mungkin satu jalur kali ya.

Seru deh City tour kali ini, sangat menambah wawasan kami terutama aku yang enggak suka sejarah. Tapi betah dengar guidenya cerita dan ho ha ho ho saja akunya. 10 jempol deh buat konsep edukasi sejarahnya dari Sampoerna. Apalagi semua yang kita dapat semuanya gratis. Enggak bayar sama sekali. Tapi kalau mau bawa pulang oleh-oleh bayar sendiri. Hehehe

Tenang City Tour kali ini aku ada oleh-oleh buat sahabat blogger. Karena tournya heritage jadi tetap tema oleh-olehku juga heritage. Apaan tuh? Post card bergambar Surabaya Tempoe dulu. Bagi yang mau silakan koment. Kalau enggak cukup nanti aku undi ya. Atau kita buat giveaway sederhana aja yaaa.

Gedung Sampoerna
Mepet bus biar enggak ketinggalan lagi
Dapat tour card supaya enggak hilang
Tour guide kami


15 comments:

  1. Wih, seru. untung saja angkotnya gak kelewatan yah, mbak. hehe. saya juga pernah menyebrangi jembatan layang Wonokromo, pas mau ke DTCnya. tapi kalau ke Museum of Sampoerna belum pernah dan ini kedua kalinya membaca mengenai museum itu. em.. makin kepengen ke sana jadinya, hhe..

    Mau dong, mbak Nunu. hehey :D

    ReplyDelete
  2. Besok kalau ke Surabaya lagi pengen nyobain ah... Daerahnya apa ya mbak namanya?

    ReplyDelete
  3. wuaaaa.. ngilerrr pingin naik busnya, maaak :D
    Warnanya merah menggodaaa :D

    ReplyDelete
  4. wah asik nih bisa belajar sejarah surabaya

    ReplyDelete
  5. Pos card bikin sendiri? Mau donk, Mbak :)

    ReplyDelete
  6. aku juga pernah kesini,,,hai mbak nunu dan mbak yuni kok nggak ngajak-ngajak,,kalau ber3 sepertinya tambah rame deh,,hayo kapan bisa rame-rame seperti itu???

    ReplyDelete
  7. Itu bus ceria banget....sangat menyenangkan tentunya....

    ReplyDelete
  8. enaknya yang bisa jalan2 kesitu.. asyk kayanya ya sob
    kpn2 ke jogja jg sob.. disini jg nggak kalah menariknya sama tmpt wisata disitu

    ReplyDelete
  9. wah wah wah, asik bgt jalan2nya mba

    ReplyDelete
  10. bisnya warnanya cerah amat.. :D

    ReplyDelete
  11. Ketika mengungunjui House of Sampurna saya, Yuni,Kang Yayat dan mas Rinaldy juga mau naik bis itu keliling Surabaya taopi nggak jadi.
    Kapan2 nyoba ach
    Terima kasih reportasenya
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  12. Menikmati tuntas koq Jeng Nunu, naksir wisata house of sampurna nya, semoga suatu saat mencicipi sokur bareng Jeng Nunu dan Jeng Yuni hehe. Salam

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog