Thursday, November 13, 2014

Fase Menanti Kehamilan

"Kamu kok Belum Hamil?"

Entah jawaban seperti apa yang diharapkan dari si penanya. Memang kondisinya demikian. Adik ipar yang menikahnya baru 2 tahun, anaknya sudah berumur satu tahun. Logikanya memang aku sudah tersalip, bahkan oleh beberapa kawan yang baru saja menikah. Tapi salahnya dimana? Apakah hamil itu seperti Motto GP yang saling balap? Atau seperti antrian di pom bensin, siapa yang lebih dahulu menikah dia akan lebih dulu hamil?

Tidak.

Memang tidak. Hamil bukan semudah membuat kue, dibuat kapan dan bisa jadi seperti kue setelah proses pembuatan kue itu selesai. Tetapi hamil? Ada proses ilahi yang tidak disadari manusia. Itu yang orang bilang karunia. Dan mungkin belum saatnya saja karunia itu diberikan. Sehingga pertanyaan di atas itu hanya bisa dijawab oleh Yang Maha Pemberi Karunia?

Sayangnya tidak semua orang memahami setiap kondisi lawan bicara, maunya kita yang memahaminya. Mungkin bagi sebagian orang itu seperti pertanyaan biasa, tetapi bagi yang 2 tahun, 3 tahun, 7 tahun bahkan 15 tahun menanti momongan bisa menjadi hal sensitif. Saking seringnya pertanyaan tersebut, akan timbul 3 fase dalam diri ketika menghadapi kondisi ini:
  • Fase biasa: pertanyaan tersebut akan nampak biasa sehingga dengan mudah meladeni segala macam pertanyaan yang muncul. Karena pada dasarnya manusia tidak pernah merasa puas dengan sekali jawaban. Akan muncul pertanyaan-pertanyaan lain.
  • Fase sensitif: dimana kondisi mulai jengah dengan segala macam pertanyaan serupa. Kadang jawaban-jawaban yang meluncur justru terkesan sinis. Pada fase ini seringkali timbul lupa diri bahwa yang mereka tanyakan bukan kepada diri ini, melainkan kepada Sang Pemberi Karunia. Jika aku juga meladeninya dengan sinis, bukankah kesinisanku juga kutujukan kepada-Nya? Akan tidak seimbang dengan doa-doa yang aku minta selama ini.
  • Fase kebal: ini yang kusebut fase pasrah. Saking seringnya menerima pertanyaan serupa, pada daun telinga sudah mulai kapalan. Memang aku tidak bisa menemukan jawaban yang benar dari kamus manapun, tetapi setidaknya aku bisa memberikan senyumku, sehingga tak timbul pertanyaan-pertanyaan lainnya. Karena pada fase ini, aku mulai mencoba tidak memusatkan pikiran pada satu hal itu. Bukan karena putus asa, tawakkallah lebih tepatnya. Semua sudah kami serahkan pada Yang Memberi Karunia. 

Sunday, November 09, 2014

Mitos Mimpi Air

Sumber: kehidupan-disekitarkita.blogspot.com
Ketika SMA temanku pernah cerita bahwa setiap dia mimpi air dia akan mendapat datang bulan pada hari itu. Sialnya, itu tertanam dalam alam bawah sadarku. Sejak itu, aku selalu mengingat-ingat, ketika malamnya mimpi air, pagi-malam aku siap-siap dengan tamu bulanan itu. Ah ya dan itu terbawa hingga sekarang.

Mimpi air yang kumaksud, entah mimpi berenang, mimpi kehujanan, diguyur orang hingga badan basah semua. Jika sudah mimpi seperti itu, entah bawaannya murung terus seharian. Tiba-tiba perut kram dan punggung sakit, tak lama aku ke kamar mandi dan sudah muncul noda tanda si tamu sudah datang.

Bisa dibayangkan, 4 tahun aku menantikan kehamilan, tentu mimpi air menjadi mimpi yang menyeramkan bagiku. Seringkali aku tertangis setelah mendapatkan mimpi air. Rasanya ingin sekali aku menghapus air dalam alam mimpiku agar dia tak pernah datang.

Pernah juga cerita tentang ini ke suami, yang namanya lelaki sangat jarang yang percaya mitos. Dengan sabar ia selalu membesarkan hatiku, mimpi air ataupun tidak, jika sudah waktunya Allah memberi kehamilan aku akan hamil.

Setelah hamil, mimpi air bukannya hilang, malah kerap datang sampai usia 9 minggu ini. Anehnya, dalam mimpi meskipun aku sedang berenang atau kehujanan, tubuhku tak pernah basah. Atau ketika hendak mandi tiba-tiba salah masuk kamar mandi atau air di bak mandinya kosong yang menjadikan aku gagal mandi. Dan yang paling aneh, mimpi berenang di laut, tiba-tiba airnya surut.

Ada yang bilang mimpi memang bunganya orang tidur, tetapi kadang mimpi itu juga memiliki arti. Kalau mimpi setiap hari? Duh Gusti Allah, hamba selalu percaya Engkau yang akan menjaga kehamilan ini.

Sunday, November 02, 2014

Dikunjungi Paman Bule Ausie

Bersama Paman Bule
Namanya Billy warga kebangsaan Australia yang kukenal sejak 4 tahun silam. Sudah beberapa kali mengunjungi Indonesia, khususnya Surabaya. Sayangnya, aku selalu tidak punya waktu untuk meet him. Pertama memang nggak punya waktu. Kerja dari pagi sampai sore. Sementara uncle Bill jika ke Surabaya selalu ingin diajak jalan-jalan. Dari jauh hari sebelum datang, kami (teman-teman satu kost) harus punya jadwal akan kemana saja saat uncle Bill di Surabaya.

Jadi kami anak satu kost kayak keponakannya. Semua teman-teman kostku seperti mendapatkan kegembiraan kala uncle Bill datang. Karena pada saat itu adalah waktunya liburan dan makan-makan. Ke Malang, ke Bromo, ke Madura. Cuma aku saja yang enggak pernah ikut serta, paling-paling kebagian oleh-oleh ceritanya.

Yap, kebanyakan teman kostku itu anak kuliah dan pekerja part time jadi bisa ikut traveling seharian rame-rame dengan paman bule itu. Setelah 4 tahun, baru kemarin aku bisa berjumpa dengan paman bule yang aku panggil Paman Bill.

Aslinya kasihan juga. Bisa dibilang kedatangannya kali ini dia kesepian. Enggak ada yang bisa menemani dia kemana-kemana karena kondisinya yang sudah berubah. Diantaranya sudah ada yang menikah dan bekerja. Jadilah kegiatan paman bule cuma di seputaran Mall Surabaya.

Aku berinisiatif mengundangnya ke rumah. Dan kemarin dia benar-benar datang dengan Annisa my besties friend, suaminya Mr. Singapore, dan Dina.

Untung ada Mr. Singapore yang bisa berbahasa dan menjadi translater paman Bill. Kadang paman Bill ngomongnya terlalu cepat, Annisa dan Dina yang jago bahasa inggris sering kwalahan. So, kalau ngobrol kadang pakai ditulis dulu supaya paham.

Seru banget, enggak ada persiapan apa-apa. Aku sediain gado-gado dan cemilan tradisional plus jus kelapa. Mereka (paman Bill dan Mr. Singapore) menyebut es kelapa muda sebagai jus kelapa, wkwkwk.

Yang awalnya aku kuatir suamiku bakalan mati kutu depan mereka ternyata salah. Justru suami memiliki ketertarikan ngobrol dengan Mr. Singapore. Suamiku paling pemalu apalagi gak bisa bahasa inggris. Jadi betah karena Mr. Singapore ngobrolnya pakai bahasa. Gak kayak aku bisa gak bisa tetap malu-maluin. Hehehe

Suamiku, Mr. Singapore, Paman Bill, Aku, Mrs Singapore and Dina
Welfie minus suami dan Mr. Singapore
Mr. Singapore asyik ngobrol agama dan politik dengan suami. Oh iya Mr. Singapore ini muslim


Feel Free To Follow My Blog