Miris, mungkuin itulah gambaran kondisi sekolah di Indonesia. Bukan hanya tentang pelajaran, guru dan sikap murid-murid sekolah. Ternyata asupan gizi anak-anak Indonesia jauh dari label sehat.
Sekolah memang menjadi sasaran empuk para penjual makanan. Dimana dalam lingkungan sekolah, anak-anak yang notabene belajar butuh asupan makanan lebih, sehingga saat bel istirahat akan banyak kita temui anak-anak yang lebih memilih mengisi perutnya (beli jajan). Sayangnya, tidak banyak sekolah di Indonesia yang memperhatikan jajanan anak-anak didiknya. Tidak ada aturan baku tentang kualitas makanan yang dijual di sekolah. Penjualpun bebas menjual apa saja tanpa melihat bahan baku yang digunakan dapat merusak jaringan tubuh jika dikonsumsi dalam waktu yang lama.
Misalnya saja harga cireng (aci digoreng), yang dijual dengan harga 200 perak, berapa nilai bahan pokoknya? Belum dikurangi dengan harga minyak goreng, untung cireng mentah penjualnya yang tentunya itu juga bagi keuntungan dengan agen penjual cireng mentah? Bisa-bisa harga bahan baku cireng hanya 50 perak. Nggak bisa kita bayangkan bahan baku apa yang digunakan dengan uang 50 perak? Belum lagi jika dibubuhi dengan pengawet makanan.
Seiring dengan kesadaran kualitas makanan yang dikonsumsi oleh pelajar yang merupakan masa depan bangsa, Tupperware menggiatkan program "Aku Anak Sehat" bagi anak sekolah. Program ini sendiri sudah berjalan sejak 2007. Namun pada kesempatan tersebut, tupperware juga menggaet media dan peran serta Emak-emak Blogger untuk mempromosikannya.
Bertempat di Dyandra Convention Centre (atau yang biasa dikenal dengan Gramedia Expo Basuki Rahmad Surabaya), Tupperware mengadakan pers conference tentang pentingnya membawa bekal ke sekolah bagi anak-anak. Hadir sebagai nara sumber, ibu cantik yang biasa kita lihat wajahnya wara-wiri di televisi sebagai pakar psikolog anak, Dr. Rose Mini, atau yang biasa dipanggil Bunda Romi; perwakilan dari departemen kesehatan Ibu Theresia Irawati serta perwakilan dari dunia pendidikan Bapak Momon Sulaeman dan nara sumber perwakilan dari tupperware.
Pada kesempatan tersebut bunda Romi menekankan akan pentingnya makanan sehat bagi anak sekolah bukan hanya untuk hari ini saja, tetapi dampaknya bisa 8 tahun mendatang. Karena itu 4 hal utama yang mempengaruhi pola makanan sehat pada anak harus diperhatikan:
- Orang tua Peran orang tua melalui rumah, sejauh mana care terhadap anaknya membuatkan bekal yang sehat untuk dibawa ke sekolah. Jangan-jangan memang orang tua sendiri malas membuatkan bekal, dan acuh begitu saja terhadap pola makanan putra-putrinya.
- Guru Guru sebagai orang yang paling dekat anak sekolah bisa menjadi lahan edukasi bagi mereka. Mengingatkan dan menjelaskan akan dampak jajanan tidak sehat.
- Lingkungan Sudahkah lingkungan turut serta menjaga asupan gizi anak didiknya? Bahkan hampir semua sekolah tidak memiliki standar khusus makanan yang boleh dijual di sekolah. Sehingga semakin banyak penjual nakal berdatangan ke sekolah.
- Murid itu sendiri Jika semua sudah berperan, yang menjadi tombaknya adalah anak itu sendiri. Kesadaran diri sendiri perlu ditanamkan dan juga bisa dipengaruhi oleh ketiga hal diatas, peran orang tua, guru dan lingkungan dengan selalu memberikan edukasi kepada murid.
Tertarik banget dengan tulisan jenengan terutama di 4 paragraf pertama. Teringat dengan anak-anak saya sendiri yang juga bisa dikatakan "antusias" kalau melihat jajanan begituan lewat di sekolah atau di depan rumah. Terlebih keseharian yang setiap hari ada di dunia medis.
ReplyDeleteTapi bagaimanapun, ini bukan masalah yang sepele yang dipandang hanya sebelah mata, banyak sekali bahan-bahan jajanan yang sebenarnya tidak "care" bagi anak.
Thanks for sharenya mbak, minimal tulisan jenengan ini bisa saling mengingatkan kita sebagai ortu untuk peduli terhadap pola jajan anak. Bukan berarti melarang anak untuk tidak jajan sama sekali, tapi pola dan perilaku jajannya yang harus kita rubah dengan "bijak" dan anak pun merasa senang :)
setuju dengan jajanan sehat dan kepedulian semua pihak untuk itu,
ReplyDeletebtw saya sempat bolak balik ke tempat teman yang jaraknya lumayan demi memenuhi pesanan si anak untuk tempat makan dan tempat minum ini :)
ngeri jajanan sekarang ya mbk,waktu ngajar di Batam,hampir 80% anak2 bawa bekal bt breaktime, dan waktu lunch sempat heran juga,para wli murid berbondong2 ngantar bekal bt anaknya lo,,nah sejak itu q stop jajan dan maksi di kantin dan ikut bawa bekal sendiri dari rumah,lebih sehat :)
ReplyDeleteJadi seorang ibu emang ngga gampang ya, Mbak.. Makanya sekarang banyak kan ibu-ibu yang nganterin makanan ke sekolah anaknya, karena takut anaknya jajan sembarangan..
ReplyDeletesaya dulu termasuk anak yg suka membawa bekal sendiri dari rumah. :) Karena mama saya yang suka masak, dan nyempetin masak sebelum berangkat ke sekolah SMP atau SMA dulu...Memang jajanan di luar saat ini perlu banget diperhatikan, apalagi buat anak-anak TK atau SD yang hobbynya suka banget jajan di luar. Nice Share, mba Nunu^^
ReplyDeletesy bru sadar ... pantas dulu al maghfurlah kyai ku di MI dulu sya sekolah selalu melarang penjual luar masuk dan berjualan bebas di kawasan sekolah ....
ReplyDeleteskrg bru jelas sebab-musababnya ,,,maklum dulu masih kuuuwecil sangat ,,,, :D
Saya sepakat dengan tips dan anjuran di dalam artikel ini. Kebetulan sekali di sekolah anak saya (SD) juga sudah mengadakan catering. Program Katering untuk siswa siswa kelas 1 SD nya. Kebetulan anak kami itu kels 1 SD. Jadi masih terbawa "kebiasaan" TK nya yakni jajan jajan makanan tidaksehat. Nah sekolah menyediakan program katering, dan kami para orang tua sangat setuju dengan program tersebut. Semoga dengan adanya Program Katering tersebut anak anak lebih fokus pada asupan makanan yang sehat.
ReplyDeletememang mbak, jaman skrg jajanan diluar itu sangat menakutkan mbak, apalagi setelah byk beredar di berita2 tentang para penjual yg tdk sehat yg secara sengaja mencampur adukan bahan kimia berbahaya pada dagangan mereka. ini jls2 membunuh generasi muda secara perlahan2 namanya. makanya saya sangat setuju sekali dgn adanya program ini.
ReplyDeleteorang tua sih mau2 aja bikin bekel yg sehat buat anak, tp klo sekolah ga ikut membantu jdnya susah ya...
ReplyDeleteAnakku juga tak biasakan mbontot dari rumah.Walau kadang masih aku bolehkan jajan sih :)
ReplyDeleteDisitulah bu, peran penting keseluruhan aspek individu saling memperhatikan agar terjamin kualitas makanan anak yang dimakan.
ReplyDeletePada dasarnya pula, perlu anak itu diberi penjelasan tentang nilai gizi sebuah makanan agar ia tahu dan menjadi pengetahuan. Sehingga kelak ia bisa memilih makanan yang baik untuk dirinya.
Kalau ini pendapat saya dari sudut pandang psikologi anak.
Makasih udah mengingatkan kita semua.
sebagai orang tua memang patut ya bu memberikan anaknya yang terbaik,
ReplyDeletesemoga semakin banyak masyarakat Indonesia yang peduli dengan bekal sehat.
ReplyDeleteemang lebih enak bawa bekal sendiri. bagi tips bikin bekal yg mudah nan sehat dong, mbak^^
ReplyDeleteeh selalu ya pihak produsen merek tertentu yg mempelopori acara semacam ini. sebagai bentuk kepedulian, sih. tapi andai pemerintah lebih dulu mengadakannya dan lebih aktif ... hmmm...
sepertinya mbontot lebih baik ya daripada ngejajan di luar,,lebih aman lebih sehat dan lebih hemat,,,
ReplyDeleteIya, kalo ngeliat jajanan di SD-SD gitu, rasanya serem juga, ya.... Apalagi warna sausnya, merah membara....
ReplyDeletejika sekolah memberi batas, seharusnya kantin yang berjualan di dalam sekolah pun bekerjasama dengan baik..setidaknya makanan yg dijual ga banyak pengawet dan bahan2 kimianya ya mba..
ReplyDeleteWah berat juga tugas ibu, musti ngawasin jajanan anak-anaknya... Lagian sekarang yang jualan juga banyak yang nggak sehat sih mbak
ReplyDeleteterimakasih postingannya sangat bermanfaat
ReplyDelete