Sensasi Kuliner Gulai Ceker Klamut

Gulai Ceker Klamut Sidoarjo

Bagaimana ya rasanya jika ceker dibuat olahan gulai? Kalau melihat isi kantong, kayaknya gulai ceker lebih ekonomis daripada gulai lainnya, ya kan? Tetapi makan gulai ceker menawarkan sensas berbeda dari pada gulai lainnya. Struktur ceker yang lebih banyak tulang daripada daging, membuat kian nikmat menyantapnya sambil klamut-klamut (jilat-jilat) tulang ceker.

Aku menemui kuliner ini di Sukodono Sidoarjo, setelah perempatan Dungus sebelum pasar Sukodono. Letaknya memang di tepi jalan raya, karena warungnya yang ndelisep alias mini rada kurang terlihat. Tetapi mudah dicari karena posisinya paling ujung deretan ruko setelah Griya Asri Sukodono.

Pas kebetulan waktu itu aku dan suami sedang service printer di deretan ruko tersebut. Sembari menunggu sebentar kami cari makan ketemulah dengan kuliner gulai ceker klamut yang belum pernah kami makan. Suami yang pengen nyobain secara dia paling doyan sama gulai kambing.

Bentuk dan rasanyapun berbeda. Jika gulai kambing ada semu-semu merahnya, gulai ceker pure kuning kunyit dengan taburan daun bawang. Rasanya juga sederhana, nggak begitu pekat seperti gulai biasanya. Mungkin karena bahan dasar yang digunakan juga. Tetap pedasnya gulai enggak ketinggalan. Oleh penjualnya dibuat konsep level. Pembeli bisa menyesuaikan tingkat kepedasan sesuai selera.

Gulai ceker dihidangkan dalam mangkok kecil berisi 3 potong ceker ayam plus satu porsi nasi putih. Satu paket tersebut seharga 6.000. Untuk hidangan makan malam sangat murah banget. Kami berdua cuma habis 18.000 sama minuman dan cemilan. Sayangnya porsi gulai cekernya kurang. Nanggung cuma 3 potong, sementara cekernya sudah habis, nasi masih sisa separo. Kalau aku rasa, lebih baik harga dinaikin dikit dengan porsi gulai cekernya ditambah. Pasti lebih nikmat.

Twitter | Instagram