Wednesday, March 05, 2014

Adhek Kuda-kuda; Kemarahan Suami Jumpalitan Seharian

Sepagi ini aku dibikin kesel suami. Aku kena marah terus. Biasanya tetep kalem meski marah. Pagi tadi lain. Andai saja aku yang dibonceng di belakangnya bisa melihat mukanya, pasti sudah mirip kepiting rebus. Sampai penjual cilok yang mangkal tepi jalan, mengalihkan pandangannya ke kami yang sepintas lewat. Ingin rasanya kukatain, “Apa lo? Nggak pernah melihat manusia dimarahin manusia?” saking geregetannya. Semakin aku membela diri semakin tinggi marahnya. Jadilah aku pasrah. Khusnudzon aja suami sedang ngerjain aku kali ya, ini kan hari ulang tahunku.

Kuakui memang akunya yang keterlaluan pakai banget. Rabu ini 5 Maret, selain moment ulang tahunku, juga moment penting dalam pembangunan bakal rumah kami. Yaitu adhek kuda-kuda. Dan aku terlambat membangunkannya. Mana jarak antara kontrakan kami dan tempat pembangunan di dekat rumah mertua lumayan juga, 20 menitan.

Ah, ya kebiasaan burukku memang tak bisa langsung ke kamar mandi saat bangun. Butuh waktu minimal 10 menit untuk memulihkan. Biasanya kelesetan di depan televisi. Padahal suami menunggu aku selesai siap-siap baru dia benar-benar bisa bangun. Soalnya dia ogah nungguin lama-lama. Jadilah benar siapa biang keroknya? Aku sendiri. Sampai ditelepon dan di sms mertua “bojomu, ibu gopoh kabeh gak onok sing ewangi” ke nomor suami. Maksudnya aku sudah ditungguin, ibu kewalahan tak ada yang membantu masak. Baru deh semua serba kilat hingga terjadi insiden tersebut.

Sebenarnya aku sendiri enggak tahu adhek kuda-kuda itu apa. Kalau dalam ilmu beladiri yang pernah kuikuti, suhuku selalu menekankan kuda-kudanya harus kuat. Jadilah kupikir kuda-kuda itu pondasi rumah yang harus lebih kuat juga.

Rupanya lain. Adhek (bukan adek saudara dibawah umur) berasal dari kata ngadek yang berarti berdiri. Sementara kuda-kuda bukan pondasinya, justru kuda-kuda atap rumah. Kayu-kayu besar yang diberdirikan untuk dipasang ketika rumah sudah berdiri agar bisa menopang kerangka atap tempat genteng-genteng bertengger.

Tetapi karena kesiangan kami lumayan telat. Malu juga sih, padahal kami ini yang punya gewe kok ya malah datang telat. Sodara-sodara seperti mas dan adik-adik ipar sampai dibelain cuti kerja. Bahkan adikku yang dosen dan jarang pulang karena sibuk banget di kampusnya, menyempatkan libur satu hari. Ah, terharu deh pokoknya, semua demi terwujudnya impian kami memiliki rumah.

Masalah yang sedari di jalan tadi seakan tak pernah ada melihat semua orang saling gotong royong hari ini. Melesat membeli jajan pasar untuk pelengkap sajian. Ada juga yang angkat-angkat nasi sampai proses kenduri di sela-sela adhek kuda-kuda. Lumayan untuk memberi jeda istirahat tukang dan kulinya.

Haru melihat kerumunan orang mengerubung makanan yang kami sajikan. Ditambah dengan doa-doa yang mereka panjatkan buat kami. Rasanya jumpalitan dan omelan suami sepagian ini terbayar. Capekpun enggak sampai aku bisa menulis sepanjang ini (menjadi dua bagian) di blog tercinta.

Namun ada rasa yang hampa, ada yang aku tunggu sepagian ini. Entah apa ya? Ah, itu. Rupanya aku salah menilai sampai sesore ini suamiku tetap bergeming tak ada tanda-tanda. Dan benar pagi tadi adalah kemarahannya, bukan dengan sengaja mengejaiku untuk menunjukkan surprisenya. Ah ya.... masih ada 6 jam ke depan kali saja masih ditundanya. Akupun masih menunggu. Tanpa sabar sih sebenernya. :(

Persiapan kenduri atau selamatan acara adhek kuda-kuda

2 comments:

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog