Wednesday, June 18, 2014

Terkepung Banjir

Selalu ada harapan, esok matahari pasti kan benderang
Sidoarjo dirundung hujan semalam suntuk selama dua hari. Enggak deras hujannya, stabil tapi lama, cukup membuat kampung tempat tinggalku tergenang. Enggak pernah seperti ini sebelumnya, begitupun kata mertua. Kalaupun banjir hanya bagian jalan saja. Ini sampai masuk ke rumah-rumah warga, termasuk rumah mertuaku.

Meskipun hujan malam pertama sudah menyisakan bah, tapi masih bisa ditolerir, air cuma mampir sebentar, surut, dibersihkan dan rumah mertua masih bisa ditempati. Sementara hujan malam kedua, enggak disangka ketika subuh menjelang, mertuaku yang memang suka tidur dibawah terbangun karena hanyut oleh banjir. Padahal posisi ruang tidur mertuaku paling tinggi masih terjangkau air, apalagi ruangan yang lain, merata ke segala penjuru rumah.

Sementara rumahku, posisinya paling belakang sendiri, dekat dengan kebun atau rawa. Bangun-bangun sudah seperti kapal pesiar yang sedang berlayar. Air persis dibawah batas lantai teras rumah. Padahal kemarin-kemarinnya, lantai plesterannya masih bisa selamat dari banjir. Alhamdulillah, saat membangun, rumah kami memang didesain tinggi, mengingat daerah rawa dekat dengan sungai aliran air sehingga langganan mendapat kiriman air hujan. Tetapi enggak sampai masuk rumah. Hanya teras-teras yang kotor dapat kiriman tahi ayam banyak. 

Hehe, namanya di kampung, orang bebas pelihara ayam meskipun peliharanya dikebun sendiri dan ayam berkeliaran bebas sampai ke rumah tetangganya ya sah-sah saja. Bahkan, sudah menjadi langganan setiap hari rumahku dapat kiriman tahinya. Karena banjir dan ayam-ayam enggak punya lahan bebas berkeliaran, terasku yang jadi pelampiasan para ayam angkruk-angkruk sampai buang hajat. Meskipun sudah diusir beberapa kali, tetap aja diulangi saat si empunya ini lengah. Sampai capek ngusir dan enggak enak sendiri sama tetangga sebelah yang punya ayam. Seandainya ayam bisa baca, pengen deh kutempelin papan pengumuman, "Ayam gak boleh eek di terasku lagi ya." 

Fyuh, ngadepin orang kampung apalagi masih ada hubungan saudara, enak nggak enak ya ditelen aja. Enggak mau ribut dan menjaga keharmonisan dalam bertetangga. Pada episode ini suamiku dibikin bimbang, istrinya susah, yang punya ayam saudaranya sendiri tapi enggak mau mengerti sama sekali. (Padahal mau cerita banjir kok jadi cerita tahi ayam ya. Ntar deh kalau enggak lupa akan aku ceritain, termasuk kegalauan kami mengahadapi tetangga kayak gini. InsyaAllah)

Jadilah seharian ini rumah kami jadi tempat pengungsian para korban banjir dadakan. Tetangga dekat, adik ipar, ponakan-ponakan dan anak-anak tetangga yang enggak pada betah di rumah ngumpul di rumahku. Seharian rame, mereka betah sampai sore karena banyaknya buku-buku di rak buku. Sekedar membolak-balik majalah, ataupun membaca-baca. 

Beruntung aku punya persediaan mie instan banyak. Banjir begini enggak ada yang jual sayur. Mau keluar beli makanan pun terhadang air, susah jalan malah kena mogok motornya. Mereka cukup senang kujamu dengan mie instan dan moccacino ice. 

Beberapa dari mereka ada yang pulang, ada pula yang sampai menginap di rumah termasuk adik ipar yang tinggal di rumah mertua, masih tergenang air. Sementara mertuaku kuajak mengungsi ke rumah enggak mau, ruang belakang sudah surut dan bisa dibersihkan. Katanya sambil menunggu rumah. Tinggal bagian kamar-kamar depan saja. 

Memang banjir kali ini luar biasa. Tadi sempat jalan-jalan, pukul 21.00 air masih setinggi betis orang dewasa. Lumayan surut, meski butuh waktu lama karena air sepertinya terjebak enggak bisa mengalir sama sekali. Mudah-mudahan besok, sudah surut dan semua bisa berbenah kembali. Termasuk PRku, seharian enggak pegang laptop perhatian tertuju pada banjir, tadi sempet ditagih redaksi, etapi ngeblognya yang didahulukan. Hehehe, peace Mas Didik, juga untuk teman blogger sekalian maaf belum sempat blogwalking dan kunjungan balik. Doakan kami ya^_^
Banjir hari pertama masih dibawah lantai plesteran, dan itu sudah selutut tinggi lantai plesterannya. Banjir hari kedua sudah diatas lantai plesteran, setinggi mata kaki orang  dewasa

17 comments:

  1. Wahhh ... bertetangga dikampung sama kota besar kyk Jakarta, beda ya mbak?
    Tadinya mbk Nunu tinggal dimana sebelum pulkam? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masij di seputaran sidoarjo mas soeman, cuma dulu ngontrak di perumahan sekarang pindah ke perkampungan

      Delete
  2. Semoga cepat surut ya mbak. Temanku yang sidoarjo juga pada kebanjiran katanya mungkin pintu air yang ke surabaya ditutup ya,

    ReplyDelete
  3. Mudah2an banjirnya sekarang dah surut ya mba..

    ReplyDelete
  4. Ngomong jujur aja Mbak, daripada dipendam dan akhirnya ngedumel dalam hati. Hihihi.. :P Terserah sih reaksinya mau gimana, tapi asalkan kita ngomongnya baik-baik aku rasa mereka bisa mengerti lah. Kek tetangga sini yang sukak makanin kembang ku. Huhuhu.. T_T

    ReplyDelete
  5. Banjir dimana mana nyaris ada di setiap kota di Indonesia. Musimnya kali ya. Atau kata para pakar cuaca sedang ANOMALI. Hiehiehiee. Eala apa lagi istilahnya pake ANOMALI saya aja jadi bingun sendiri. Untuk urusan banjir gini yang buat repot adalah saat mengamankan berkas, dokumen, dan buku buku dari terjangan air Banjir. Ini yang repot dan harus waspada mengantisipasinya. Dokumen dan buku yang kena air sangat merepotkan dan berpotensi sangat merugikan

    ReplyDelete
  6. Di Sedati sih gak banjir mbak Nunu...tp didaerah tambak sana dan daerah juanda banjir sampai 1 mtr...wal hasil kpn hari banyak orang dan anak2 bolos kerja dan sekolah diliburkan.....

    ReplyDelete
  7. wah.. sidoarjo ya..?? :D
    untung surabaya gak banjir :D

    ReplyDelete
  8. Sidoarjo, temenku tuh kena banjir juga :v

    ReplyDelete
  9. Banjir selalu melanda negeri kita ini, semoga negeri kita selalu aman dari bencana.. aminn...
    kak.. kakk... kalau ada waktu mampir ke blog ku juga yah..
    sangat berharga bagiku jika kakak meluangkan waktu membaca tulisan sederhanaku.
    makasih...

    ReplyDelete
  10. Mungkin daerah resapannya yang memang udah kurang mbak jadi bisa banjir kayak gitu.

    ReplyDelete
  11. mbaaa...mudah-mudahan cepat surut...sabar ya mba..kebayang capeknya..

    ReplyDelete
  12. Ngomong aja Mbak, sama sodaranya. Apa disindir2 halus gitu. Hihihi.
    Semoga cepat surut ya banjirnya. :)

    ReplyDelete
  13. Sekarang pasti sudah surut ya ...Alhamdulillah daerahku aman dari banjir

    ReplyDelete
  14. Ngomongin soal ayam mbak, tetangaku ada yang pelihara ayam lumayan banyak dan sering meninggalkan 'ranjau' di kebun dan teras rumahq, hiks...

    ReplyDelete
  15. adik iparku jg kena mba, dia di waru pepelegi..lumayan parah sampe kudu ngungsi segala ,untung saja anak2 sudah rampung ulangan jadi, tinggal capek beberes aja sih :)

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog