Merasakan Ledakan Oseng-oseng Mercon Jogja

Selain menekan biaya traveling, kami memang memiliki kebiasaan makan hanya dua kali setiap hari, jika pun tiga kali sangat jarang dan bonus makan saja. Seperti ketika kami traveling ke Jogja, paginya kami sudah sarapan dari hotel, siang cukup dengan roti dan malamnya kami blank, entah mau makan apa.

Ketika menyewa becak, kami cukup memberi kode, mau makan malam. Otomatis tukang becak yang sudah sering mengantar pelancong pasti tahu tempat-tempat makanan mana saja yang enak. Beliau merekomendasikan beberapa tempat makanan, diantara gudeng dan oseng-oseng mercon. Karena gudeg terlalu biasa, kami memilih menu oseng-oseng mercon ini.

Dari namanya sudah terbayang bagaimana rasa makanan ini. Seperti ledakan dan panasnya mercon, pasti makanan ini tak jauh dari hal tersebut. Kami berdua yang notabene enggak suka makan pedas, nekat mencicip tergiur namanya. Pasti lah ya, kalau dengar yang pedas-pedas liur ini sudah ngences duluan. Padahal sudah pengalaman sebelumnya, ketika aku makan Mie Akhirat di Surabaya bersama my besties Annisa, aku koleps sebelum mienya habis. Apa mau dikata, jarang-jarang kami kemari, kenapa enggak sekalian nyoba?

Sebelumnya, terbayang warungnya akan seperti kedai atau warung makan. Mendengar dari namanya yang kondang seperti apa yang dikatakan tukang becak kepada kami. Tetapi, tak terpikirkan olehku untuk bertanya tentang hal tersebut atau berapa harganya. Paling enggak ngabisin duit Rp.100.000, hitungku kasaran uang segitu masih dalam budget nomal. Ternyata, konsepnya sederhana banget, seperti warung emperan, atau pedagang kaki lima biasa, sehingga harganya juga bersahabat. Pantesan nama Oseng-oseng Mercon begitu kondang di kalangan pecinta kuliner yang sedang melancong ke Yogyakarta. Ketika kami kemari, warungnya rame bahkan sempat tidak kebagian meja lesehan.

Seperti halnya warung lesehan lain, Lesehan Bu Ria yang terletak di jalan KH. A. Dahlan juga menjual berbagai menu makanan diantaranya, Ayam, Puyuh, Telur puyuh, Tahu, Tempe, Welut, Lele, Lele Mangut dalam berbagai olahan. Sementara Oseng-oseng mercon ini menjadi menu andalannya alias menu utama yang laris. Kami pun mencoba, dua porsi menu berbeda, satu porsi oseng-oseng mercon dan satu porsi ayam rica-rica, lengkap dengan nasi masing-masing. Pesan menu makanan berbeda seperti ini sudah menjadi kebiasaan kami. Alasannya sederhana, supaya bisa saling cicip, hihihi penghematan juga kan daripada pesen banyak-banyak. Tak lupa dua gelas Es Teh manis plus 1 gelas jeruk hangat.

Pasti ada yang bertanya, hanya berdua kok minumnya 3 gelas? Hihihi ini juga bagian dari kebiasaan kami, lebih tepatnya kebiasaanku yang selalu dehidrasi akut. Meski makan pedas atau enggak selalu ngabisin minum. Hehehe

Makanan di warung ini tersaji hangat, sehingga untuk dapat menyantapnya kami harus bersabar, karena harus dimasak atau diangetin terlebih dahulu. Pelayanannya juga enak, tak perlu menunggu lama, menu pesanan kami datang dengan kondisi masih beruap.

Ternyata yang namanya Oseng-oseng mercon itu bukan masakan mercon beneran yang bisa meledak. Sama seperti masakan oseng-oseng biasanya, yaitu daging yang dibumbui dengan rempah-rempah yang dioseng di wajan. Bedanya ini pedeeeeees banget. Makanya dinamai oseng-oseng mercon saking pedasnya.

Bagaimana rasanya? Sepertinya lidahku tak dapat merasakan rasa makanan pastinya, yang ada seluruh mulutku seperti terbakar. Dan jika terbuka sedikit saja, bisa mengeluarkan api seperti naga. Beuh, pedesnya minta ampun dah. Ini baru menu ayam rica-ricaku, yang kupikir itu biasa (baca: enggak pedas) ternyata pedas juga.

Jika mencicip punya suami, si menu andalan Oseng-oseng Mercon, enggak pedes sih -awalnya, beberapa detik baru terasa bakarannya lebih panas dari ayam rica-rica. Benar-benar meledak yang dihiperbolakan seperti ledakan mercon.

Bukan cuma kami yang terbakar ledakan Oseng-oseng Mercon ini, remaja di meja sebelah sampai riuh, dari yang aku tangkep menjadikan makanan ini sebagai bahan taruhan untuk tidak minum. Entah ada hadiah apa tidak, tapi sepertinya mereka seru saja.

Dan, makan malam itupun aku juga kalah telak dengan suami. Meski kutahu suami juga enggak suka pedas, nyatanya suamiku mampu menghabiskan Oseng-oseng Merconnya. Sementara ayam rica-ricaku sisa setengah lebih, cuma kumakan nasinya doang, itupun hanya yang belum tersentuh bumbu. Tetapi aku juara, juara dalam menghabiskan minuman, segelas Es Teh manis dan segelas Jeruk hangat.

Oseng mercon, menu untuk suami

Ayam rica-rica pesananku