Tuesday, June 10, 2014

Nenek Penjual Kain Batik di Pasar Beringharjo

Saat pamit dengan nenek penjual kain batik, bonus doa dari sang nenek
Sebenarnya kain batik tidak ada dalam list belanja oleh-oleh ketika kami ke Jogja bulan lalu. Entah kenapa, lagi-lagi aku tertarik membeli kain batik ini setelah mengetahui penjualnya perempuan tua alias nenek-nenek. (Baca juga: Kisah Kakek Penjual Kerupuk) Yang aku lihat dari mereka yang berusia udzur tetapi tetap mau bermanfaat beraktivitas, adalah semangatnya. Usia tak menghalangi mereka untuk memanfaatkan diri setidaknya untuk diri sendiri. 

Padahal nenek penjual kain batik ini, ketika melipat kain saja, tertatih sekali, penuh sabar dan telaten menata dagangannya. Semua serba pelan kayak slow motion di film-film action, tapi ini bukan film, pengaruh usia. Duh, aku sampai nggak tega dan menghampirinya, meninggalkan suami yang masih memilah-milah daster batik untuk ibu.

Niatnya untuk bantu melipat-lipat, oleh si Mbah, malah dibeberkan kain-kain dan dijelaskan nama-nama kainnya, semisal jarit parang. Suami yang tadinya hampir deal harga dengan penjual daster, kupanggil dan kutunjukkan dengan memberi kode membeli kain batik ini saja buat oleh-oleh.

Lumayan mikir lama. Soalnya ibuku (baca: mertuaku) juga enggak biasa pakai jarit di rumah. Kain-kain ini memang cocok dipakai jarit oleh nenek-nenek. Sementara aku tak punya nenek-nenek lagi. Dengan kode sekali lagi, udah beli saja barang satu lembar kain, suami malah membeli dua lembar kain. Entah mau dibikin apa, dipikirin entaran.

Sementara daster yang tadi mau dibeli oleh suami enggak jadi. Rada enggak enak juga. Penjualnya bapak-bapak sangar, dan lumayan susah ditawar. Mau dikasih, suamiku kabur. Letaknya masih bersebelahan sih, hanya saja si nenek lesehan gelar tikar, bapak-bapak penjual dasternya punya lapak berdiri. Si bapak penjual daster melihatnya ke kami yang pindah ke lapak nenek, pandangannya enggak enak banget. Mau balik lagi membeli dasternya, uang juga enggak cukup. Terpaksa dengan tampang pura-pura cuek, suami kuajak ngelonyor setelah pamit dengan nenek penjual kain batik. Urusan oleh-oleh untuk ibu, InsyaAllah mau dengan kain batik ini.

21 comments:

  1. Di Medan nyebutnya Kain Jarik, Mbak Nunu.. :D
    Kalo punya Mama ku bisa dijahit trus dibikin baju batik deh.. Lumayan nyaman dan bagus ^^

    ReplyDelete
  2. aku nggak tega kalau penjualnya orang tua,,kalau ada uang mesti aku beli,,kasihan,,biarlah tak apa,,daripada mereka meminta minta ,,,

    ReplyDelete
  3. jadi ingat tadi pagi ada kakek2 tua bgt yg manggul tikar palembang....tatapan matanya itu..duh

    ReplyDelete
  4. Sama Mba Nunu.. Pernah suatu kali saya berusaha cuek sama mbah-mbah tua, tapi sampe rumah masih kepikiran. rasanya nyeseeelll banget.

    ReplyDelete
  5. Insya Allah rejeki Mb Nunu berlipat ganda. Dan semoga si nenek dapat lebih banyak customer seperti Mbak dan suami. Amin :)

    ReplyDelete
  6. Percaya ngga mba Nunu, Rok Dhe kebanyakan dari kain jarik lo :D. Klo di Aceh kain jarik itu biasa juga disebut kain panjang atau kain gendongan karena acap kali digunakan buat gendongan anak bayi.
    Klo Kainnya ga terpakai, sini obral ke Dhe aja mba. hehehe ;)
    btw, salut deh sama mba yg mau beli kain neneknya (y)

    ReplyDelete
  7. Kalau melihat mbah - mbah yang masih mau berusaha begini saya jadi merasa salut...
    kadang walau belum perlu - perlu amat, tetep beli juga
    :)

    ReplyDelete
  8. Replies
    1. ada yang menyebut jarik ada yang menyebut jarit, kain panjang.

      Delete
  9. Saya tak faham sama istilah batik itu, tetapi tertarik sangat sama mbah2 yang masih semangat ... pilihan mb Nunu untuk membeli dagangan simbah sudah tepat atas dasar skala prioritas 'hati yang berkata, Nice :)

    ReplyDelete
  10. Wah, kita memang harus tahan mental kalau ada pedagang yg gampang pasang tampang nggak enak. Kalaupun nggak jadi beli, sebenarnya itu hak kita. Asal nggak niat mempermainkannya aja, hehe....

    ReplyDelete
  11. Wah, kita memang harus tahan mental kalau ada pedagang yg gampang pasang tampang nggak enak. Kalaupun nggak jadi beli, sebenarnya itu hak kita. Asal nggak niat mempermainkannya aja, hehe....

    ReplyDelete
  12. keren nih, di jogja emang banyak mbah2 yang masih semangat walaupun sudah berumur :)

    ReplyDelete
  13. Jarit biasanya di kampungku sana dipakai sama orang tua dengan kebaya mbak :)

    ReplyDelete
  14. Simbah yang tetap semangat. Biasanya alasan mereka nggak mau repotin anak, dan nggak mau diam saja di rumah

    ReplyDelete
  15. membeli karena kasihan atau keuletannya nih :)
    hehehe

    ReplyDelete
  16. Nenek yg menjual barang langka, tapi kalo udah rejeki si nenek ga bakal lari kemana :-) salut sama nenek yg msh mau mencari nafkah, munkin ga mau membebani anaknya

    ReplyDelete
  17. Itu bapak2 yang sangar jualan daster itu jangan2 mantan free man alias preman mbak, hehehe :D Salut buat sang nenek, usai tak menghalanginya untuk mengais rezeki :)

    ReplyDelete
  18. Liebster award ....
    http://www.choppie88.com/2014/06/kena-deh-liebster-award.html

    Salam Sukses Mulia .... :)

    ReplyDelete
  19. orang berusia uzur bikin trenyuh hati ya ...
    usianya sudah tua tp tetep beraktivitas.
    mungkin beliau dr kluarga ekonomi lemah sehingga tdk bs bergantung pada anak2nya

    ReplyDelete
  20. Jadi ingat mbahQ,:) ,, da mau berhenti jualan krn da mau kalo di kasih ma anak2, trus bingung kalo mo bantu tw ngasih2 sp2 misal da megang duit sendiri, I Love MbahQ :)

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog