Foto di depan kiosnya mas Heri dengan skirt yang aku beli, so cute skirtnya. |
Traveling tanpa belanja rasanya kurang lengkap, meskipun kata tukang becak Pasar Beringharjo tutup ketika malam hari, kami nekat ke sana demi merasakan keriuhan malam di Jogja. Niatnya memang jalan-jalan, maklum, saat itu memang malam terakhir di Jogja sehingga harus di maksimalkan. Siapa yang dari sekedar iseng jalan-jalan ternyata aku menemukan apa yang tidak aku cari. Lho?
Iya sih, aku nggak berharap banyak bisa menemukan sesuatu yang bisa aku hadiahkan untuk diriku. Kalaupun mencari oleh-oleh, paling untuk keluarga suami yang kaos addict. Sejak masih di hotel, sudah menghitung berapa kaos yang akan dibeli. Sementara aku, masih blank akan membeli apa.
Bagiku, membeli fashion di Jogja atau di Sidoarjo akan sama saja jika tidak menemukan sesuatu yang unik dan belum aku punya. Mencari dengan cara manual (baca: jalan-jalan) seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, karena model fashion sama saja tergantung musim modenya. Dengan kecanggihan tekhnologi, hal ini lebih mudah dan efektif dilakukan dengan shoping online. Maka aku lebih memilih diam, mengikuti suami jalan. Bad mood rasanya jika melihat-lihat fashion perempuan, tak ada yang tertarik meskipun itu batik yang setiap kota akan berbeda. Batik di lemari sudah penuh dan jarang kupakai pula. Hiks. (Baca juga: Nenek Penjual Kain Batik di Pasar Beringharjo)
Dan bad mood itu seketika berubah ketika menemukan warna-warni dari sebuah kain batik yang menurut pembelinya namnya santung perca. Potongan kain batik jenis santung yang dijahit-jahit (disambung) dan dijadikan beberapa model fashion. Dari dress, skirt (rok), celana pendek dan celana panjang perempuan. Dan aku memilik jenis skirtnya. Padahal aslinya suka juga dengan potongan celananya yang unik dan fashinable. Sampai-sampai suamiku pengen beli, tapi sayangnya enggak ada untuk fashion laki-laki.
Pedagangnya pun bukan pedagang besar, merupakan kios kecil di emperan pasar Beringharjo tepat di depan Matahari Beringharjo. Yang jualan laki-laki dewasa namanya mas Heri dan lumayan sulit ditawar. Untuk skirt ini saja si pedagang mematok 90.000 IDR. Dan bisa ditawar cukup dengan 80.000 IDR tak boleh kurang. Padahal aku nawarnya nggak rendah-rendah amat, 75.000 IDR. Dengan jurus seorang blogger akhirnya aku keluarkan deh hapeku, aku izin foto depan kiosnya, alasannya sih untuk bahan postingan di blog sekaligus promosi kiosnya. Baru deh dikasihkan. Alamak!
Cieeee.. Borong nih Mbak, ceritanya? Tapi roknya emang lucu sih. Hahah :D
ReplyDeleteDapat ilmu baru nih, kalau nawar pake jurus bloggernya mbak Nunu, hehehe :D
ReplyDeletebatik nya keren deh kayak nya hehehe
ReplyDeleteJurus bloggernya boleh ditiru nih :)
ReplyDeletehahaha...skrg kl blanja atau mkn di tmpt yg enk g jauh2lah sm narsis..bt bhn ngeblog gitu hehe
ReplyDeleteHmm, emang pedagang Beringharjo kadang suka kemahalen ya mak. Kalo ga kliru, aku jg beli rok serupa di temenku (doi jual d kntr) harganya 45 ribu saja. Tapiiiii, entah karena kainnya yang gak oke, atau jahitan kurang kuat, atau karena bodi saya yang terlalu ginuk2, rok perca itu sekarang udah pada bolong2 :-) Hihihi
ReplyDeletepakaian dari kain perca kelihatan unik ya mbak
ReplyDeletekeren lho mbak santung dari kain percanya
ReplyDeleteSenangnya yg berhasil belanja di pasar Bringharjo, Dhe ga sempat beli apapun di sana karena keburu mual dan sesak mendekati pingsan. hahaha
ReplyDeleteSayangnya, foto di postingan ini cuma satu, padahal pengen lihat banyak foto batik santung percanya, hehehe
ReplyDeletetenang mbak ntar aku pakai ootd di blog hehehe
Delete