Setelah pulang dari acara adhek kuda-kuda seharian. Aku memang sedang nggak mood, menyendiri di kamar sembari blogwalking. Mungkin dikiranya aku ngambek atau apa. Sehingga dia menyusulku ke kamar dan rebahan di samping sembari manawariku.
"Dhek, aku punya cerita. Mau nggak aku ceritain?"
"Nggak mau."
Bukan apa-apa sih. Aku parno saja. Ada kalanya cerita suamiku memang mengada. Sudah didengarkan serius, ujung-ujung itu aku yang tujuannya untuk ngeledek. Kejelekan, kemarahan bahkan pertengkaran yang kerap terjadi sering menjadi bahan lelucon dalam ceritanya. Kadang kubalas dengan hal sama menceritakan dia. Karena sedang malas membalas aku emoh mendengarkan ceritanya.
"Dengarkan dulu. Ceritane apik."
Aku melengos. Tak putus asa dia tetap mengawali ceritanya. Meskipun enggan, kudengarkan juga. Ceritanya memang bikin penasaran. Dan itulah menariknya suamiku. Dia bisa mempermainkan narasi dan intonasi, sehingga cerita terdengar menarik. Bahkan seringkali teman kerjanya melapor ketika suamiku mendongeng sampai terpingkal-pingkal, yang juga pernah diceritakan kepadaku tentunya. Dan kemarin ternyata ceritanya tentang sejarah aksara jawa Ha Na Ca Ra Ka.
"Udahan ceritanya, makan ayok. Laper!" Pungkasku untuk menunjukkan kekesalanku sepagian ia memarahiku. Seperti biasanya suamiku cuma garuk-garuk kepalanya yang enggak gatel.
"Oh iya, enggak usah masak. Sampean ganti baju aja sekarang."
"Mau kemana?" Tetapi dalam hati aku bersorak, yeay enggak usah masak. Paling juga ke warung sego tabokan.
"Ada deh, pasti sampean suka."
Rupanya suamiku baru sadar hari ini hari ulang tahunku. Bukannya lupa, karena memang tersita dengan acara adhek kuda-kuda. Dan sejak lama sudah direncana akan mengajakku makan di tempat ini saat ulang tahunku. Tetapi tetap saja ujung-ujung lupa, baru inget pukul 21.00-an sudah larut malam.
Padahal sebelumnya kami sudah sepakat untuk berhemat makan seadaanya, walaupun hanya dengan sambal demi rumah kami supaya cepat selesai dan enggak menumpuk hutang banyak-banyak. "Mahal pasti ya Mas, enggak deh. Mending ke sego tabokan aku mau."
"Murah kok Dhek, paling cuma lima puluh (ribu) enggak sampai seratus (ribu)."
Secara kilat tanpa riasan aku cepat-cepat ganti baju. Toh sudah larut siapa juga yang melihat. Anehnya, tumben-tumbenan suamiku bikin acara surprise-surprisan segala. Tetapi bukan suamiku namanya kalau dia bisa menutupi surprisenya.
"Hallah pasti ke pazkul kan?"
"Nggak. Pokoknya membuat sampean suka. Ada tumpengnya tapi mini untuk satu orang"
Apa ya? Kalau melihat dari jaraknya sih enggak jauh-jauh amat. Soalnya enggak bawa helm. Di atas laju motor aku mencoba menebak.
"Duck land pasti."
Dia gedek.
"Ehm... kasih clue dong!"
"Sampean pernah ke sana. Tapi enggak pernah makan tumpengnya."
Sampai aku menyebutkan sebuah tempat yang hanya kukasih clue doang, "depannya duck land ya?"
Suamiku yang enggak bisa bohong, cuma tertawa nyengir meng"iya"kan[.]
Ternyata yang dimaksud suami nasi goreng tumpeng. Pernah makan di sini, tetapi enggak beli nasi goreng. Belipun dibungkus. |
ahaiii nasi tumpengnya menggiurkan. Selamat ulang tahun yaaa
ReplyDeletemau surprise tp ketebak jg ya.. hihihi
ReplyDeleteunik tuh penyajian nasi gorengnya, banyak pula krupuknya :D
haha, suami yang romantis Mbak...moga rumahnya cepat jadi ya...^^
ReplyDeleteunik ya tumpengnyaa...surprise yg manis dan mengenyangkan...hehe
ReplyDeleteHahaha...so sweeetttttt..baarokalloh mbk nunu
ReplyDeleteWah saya mau nasgornya, unik :D
ReplyDeletebaru tahu ada nasgor tumpeng, jadi pengen mbak :)
ReplyDelete