Sunday, May 04, 2014

Terlambat Kereta? Ikhlasin Aja

Sebelum aku cerita bagaimana acara bedah buku dan kegiatanku selama di Yogyakarta, aku ingin mendahulukan tulisan ini. Pengalamanku mengenai ikhlas saat di Jogja untuk mengikuti giveaway Mbak Ade Anita.

Kata orang Jumat memang hari yang singkat, tak terkecuali bagi kami saat hari ketiga di Jogja. Tanpa terasa hari sudah panas, sehingga kami sudahi acata muter-muter keratonnya. Mengingat Adzan sholat Jumat sudah berkumandang. Kami menggantung penawaran harga daster begitu saja, meski sebenarnya tak enak hati sama penjualnya yang sudah antuasias memilihkan beberapa daster yang pantas untuk mertuaku.

"Ngapunten Bu'e, sampun Adzan, ajeng ten Mesjid Ageng," seraya mengulurkan daster yang kupegang. (maaf ibu, sudah Adzan, mau ke Masjid Agung)
"Hallah, wong isih Adzan ae mbak, dereng kutbah'e," ujarnya tak mau kalah. (Hallah, kan masih Adzan saja Mbak, belum kuthbatnya).
"Enggeh Bu'e, ngapunten ngge," tuturku bergegas menarik tangan suamiku seolah menyelamatkannya dari kandang Macam. (Iya Bu, mohon maaf ya)

Kami mempercepat langkah, disamping karena sudah Adzan, jarak Masjidnya masih cukup jauh. Apalagi kami jalan kaki di bawah matahari terik. Sementara suami Jumatan, aku menunggu di bangunan kiri sisi depan cukup jauh dari Masjid, bersama satu orang ibu-ibu istri Lurah dari Barabai, dan satu perempuan muda dari Semarang.

Perhitunganku tepat, sholat Jumat selesai pukul 12.30 saat suamiku melambai dari jauh, gerbang Masjid, untuk meminta uang bayar penitipan sandal. Masalahnya aku belum sholat dzuhur dan sisa waktu kami hanya 1 jam 15 menit untuk mengejar kereta. Bukan aku tak mau sholat, aku cukup menimbang antara jamak takdim atau jamak takhir di atas kereta dengan tayamum sembari duduk seperti biasanya.

Tapi ah nanggung, aku meminta suamiku menunggu barang 10 menit. Selain kujamak, sholatnya juga ku Qoshor 2 Dzuhur 2 Ashar. Doaku usai Sholat sekenanya dan buru-buru mengejar bus. Masih cukup jauh lagi. Kami jalan kaki lagi menuju shelter Bus Trans Jogja di depan Benteng Vredeburg tak jauh dari Kantor Pos. Baru sadar di atas Bus Trans ada jam angka menunjukkan pukul 13.20. Nggak salah nih? Perasaan usai sholat tadi baru pukul 12.40. Aku ragu, kuputuskan tanya dengan sang kenek.

"Pak Bus ini sampai di Lempuyangan berapa lama lagi?"
"Sekitar 1 jam 15 menitan lagi Mbak."
Aku terhenyak, "yang benar Pak? Kereta kami 40 Menit lagi."
"Kira-kira memang segituan Mbak. Itu tiba di Shelter, belum nanti Mbaknya harus jalan kaki lagi menuju stasiun."

Perbincanganku dengan sang kenekpun berlanjut menjadi perbincangan umum. Beberapa orang memberiku saran usang yang sudah kadaluwarsa. Intinya kami salah naik. Harusnya saat dari Kantor Pos kami jalan kaki sedikit ke Stasiun Tugu berlanjut naik kereta komuter yang membawa ke Stasiun Lempuyangan hanya butuh 10-15 menit saja. Sementara kami sudah terlanjur naik Bus Trans yang ternyata jalurnya muter kayak kekehan. Apa boleh buat, berbalik mengikuti saranpun juga tak berguna kan? Cukup menjadikannya catatan saat ke Jogja lagi.

Jelas kami ketinggalan kereta. Berkaca saat kami berangkat dari Stasiun Gubeng, kami datang pas kereta api Sri Tanjung yang akan kami naiki mau berangkat tepat pada pukul yang tercetak pada tiketnya. Apalagi ditekankan para penumpang Bus Trans yang lain jika kereta sekarang datangnya tepat waktu, tidak kayak dulu yang kebanhakan mkolornya.

Aku tak enak dengan suamiku. Keesokannya dia harus bekerja. Berkali-kali aku memandangnya dengan penuh sesal. Tapi suamiku ikhlas menjawab tatapanku, "yo ra popo, nanti pasti ada kereta yang lain."
"Ora Mas, besok kan sampean kerja."
"Ora popo Dhek. Westalah  wes barang kadung." (Tidak apa Dhek. Sudahlah, sudah terlanjur)
"Opo keporo aku kesuwen Sholat tadi yo Mas?" Tanyaku penuh rasa bersalah. (Apa karena aku kelamaan Sholat tadi ya Mas?)

Bagaimanapun bayang-bayang sebab musabab keterlambatan ini terus membayangi. Seandainya tadi gak pakai acara pilih-pilih baju, dan seandainya-seandainya yang lain sampai pikiran jelekku seandainya suamiku tidak sholat Jumat saja.

"Yo ora, ket jamanku SD sholat nomer siji liyane keri." (Ya tidak, dari zaman aku SD, sholat tetap nomor satu lainnya belakangan)

Aku baru tenang mendengarnya dan ikhlas apapun yang terjadi nanti di Stasiun Lempuyangan. Dapat ganti kereta atau bayar lagi atau juga malah terpaksa naik Bus yang kubayangkan akan lebih capeknya. Aku ikhlasin dulu semua keadaan itu. Pasrah deh pokoknya.
Ketika aku bisa mulai ikhlas, aku buat status ini di Facebook
Meskipun sudah jelas kami ketinggalan, senang banget ketika pada akhirnya Bus menepi di shelter Lempuyangan pukul 14.15 yang kemudian kami lanjutkan jalan kaki 15 menit. Pas pukul 14.30 sampai di stasiun. Banyak yang antri tiket. Dengan penuh harap aku menuju bagian pemeriksaan tiket.

"Pak, kereta ke Surabaya jam 13.43 sudah berangkat ya?"
"Kereta apa Mbak? Coba lihat tiketnya."
Aku menyerahkan seluruh 4 tiket PP yang kupegang.
"KTPnya?"
"Untuk bukti sebagai ganti tiket yang baru ya Pak?"
"Ya enggak Mbak kalau tiket ekonomi. Tiket kereta eksekutif yang dapat ganti kena potongan 10%."
"Ya sudah nggak papa deh pak. Ini KTP kami."
Penjaga justru menyetempel kedua tiket kami dengan kode stasiun LPN 3030. "Silakan masuk."
"Lho pak, serius?"
"Iya, saya tahu Mbaknya belum datang, makanya kereta tidak saya bolehin datang dulu"
"Jadi yang terlambat keretanya? Bukan saya?"
"Iya, kereta datang pukul 14.45."

Alhamdulillah, kayak menang lotre aku lompat-lompat sambil memeluk suamiku.


Tulisan ini diikut sertakan dalam GIVEAWAY TENTANG IKHLAS


18 comments:

  1. iya ikhlasin aja mbak, nanti nunggu kereta berikutnya :D

    ReplyDelete
  2. walaupun ikhlas, tapi jangan Alhamdulilah juga mbak. Kalo memang itu sesuatu yang gak enak ya Innalillah.. begitu mbak kata ustadz yang dulu pernah aku di tegur soale hampir sama kejadiannya.

    ReplyDelete
  3. untungnya keretanya telat mbak,
    aman sampek gubeng deh
    hehe

    ReplyDelete
  4. Haha, ikhlaskan saja. Toh masih ada kereta selanjutnya mbak.
    Sukses ya buat lomba menulisnya . Keep posting!
    Salam kenal. Jika ada waktu monggo mampir dirumah sederhana saya:)

    ReplyDelete
  5. ternyata ada yang tindaka ke Jogjakarta toh, memang sih harus jalan kakai ke stasiun karena tidak ada trans jogja yang lewat sana heheheh

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ya jadi gak terlambat..walaupun terburu2 untuk menumbuhkan rasa ikhlas selalu dzikir untuk menentramkan pikiran, siip deh artikelnya menarik dan inspiratif

    ReplyDelete
  7. Wuaaah... seru, Mbak! Nggak nyangka ya, semuanya berjalan baik-baik aja. Padahal awalnya sempet deg deg ser dan dirundung penyesalan :D

    ReplyDelete
  8. Selalu ada pelangi setelah hujan yo mak, apapun kalau dihklaskan pasti ada yang terbaik yang kita dapat :D

    ReplyDelete
  9. Subhanallah,,,Allah memang Maha Mengatur ya mbak,,ikhlas memang berbuah manis :)

    ReplyDelete
  10. Wuah.. Ilmu ikhlas ya, Mbak Nunu.. :D
    Harus belajar juga nih akunya. Heheh..

    ReplyDelete
  11. Hikks idem mba..ikhlasin aja yaa..btw sukses utk kontes GAnya ya :)

    ReplyDelete
  12. wah sayang juga ya tiket nya hangus deh ;)

    ReplyDelete
  13. satu pelajaran utama mba: menjelang keberangkatan, cek tujuan tempat wisata dan akomodasi yg akan digunakan, selain memudahkan pengaturan waktu juga membuat kita bisa memperkirakan agenda selanjutnya, seperti keadaan di atas..beruntung masinisnya ingat mba Nunu hehehe...

    ReplyDelete
  14. Ikhlas memang sering berakhir indah ya mbak :)

    ReplyDelete
  15. Alhamdulilah terlambat keretanya, bikin bingung ya awalnya. Tapi, ketika ikhlas berusaha dilakukan, hasilnya pasti luar biasa. Mampir yuk Mak ke www.rumahmemez.com

    ReplyDelete
  16. Hahahaha kirain terambat beneran, dulu saya malah terlambat Kereta di staisuin Kediri menuju Jakarta, gara-gara tukang becaknya gak bisa cepet.

    ReplyDelete
  17. hehehe alhamdulillah... sebenarnya ada lelucon tuh, bahwa alat tranportasi umum yang diprediksi paling aman dari gangguran pembajak yang suka bawa bom di dunia itu ya alat transportasi umum di Indonesia. karna mereka tidak pernah tepat waktu datang dan perginya. padahal para teroris pembajak itu bermain dengan hitungan waktu. hehehhe... kekurangan yang menguntungkan Indonesia... juga dirimu ya. btw, makasih sudah ikut give awayku.

    ReplyDelete
  18. Untung deh, keretanya yang terlambat :D nggak jadi ketinggalan kereta :)

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog