Ilustrasi (sumber) |
Setelah awal bulan lalu kami (aku dan suamiku) liburan bersama ke Jogja, menjelang akhir bulan Mei ini, kami pisah ranjang. Bahkan kesempatan menginap bersama di hotel Yogyakarta, tak mengubah keputusanku untuk pisah ranjang darinya.
Sudah sekitar seminggu ini, aku tidur di kamar depan, suamiku tidur di kamar belakang. Bukan karena dipicu sebuah pertengkaran, itu sudah menjadi makanan kami setiap hari, cek-cok, adu mulut, lempar opini, atau sekedar saling ledek. Tapi kami melakukannya dengan cinta, tak pernah menjadi besar. Kalaupun iya, diantara kami harus ada yang sadar lebih dahulu untuk mengalah. Kebanyakan sih suamiku, sementara aku kalau dia udah kadung buntu, aku yang pelan-pela mengalah.
Pisah ranjang ini terjadi ketika beberapa hari aku kerap tertidur di kamar depan padahal kamar utamanya (untuk kami) adalah kamar belakang. Desain rumah kami yang memanjang membuatku bingung bagaimana menjelaskannya. Memang kamar depan tapi dekat dengan pintu belakang yang hanya terdapat di samping kanan, juga berhadapan dengan kamar mandi. Aksesnya yang mudah membuat kamar ini menjadi tempat jujukan ganti baju dari kamar mandi, yaitu almari pakaian yang harusnya nyatu dengan kamar yang ditempatin (kamar belakang), termasuk meja riasku juga sebagai tempat kerjaku jadi satu di kamar ini. Sehingga waktuku lebih sering terbagi di kamar ini, pun juga suamiku, ganti baju dan merias diri juga di kamarku.
Padahal di kamar utama sudah amat nyaman, hanya berisi tempat tidur (berdipan, kamarku enggak hanya spring bed tanpa dipan) dan sebuah meja kursi. Di desain untuk istirahat saja. Tapi aku kadung cinta dengan kamarku. Gegaranya kerap, ketika aku membersihkan muka saat menjelang tidur di kamar ini, aku sambi dengan blogwalking sambil rebahan di kamar ini sampai tertidur. Ini terjadi tiga hari berturut-turut. Tau-tau paginya, kamar utama yang ditempati suami, penuh dengan bau dan abu rokok bersekaran di lantai. Persis kamar bujangan yang sedang galau. Hahaha.. Kali aja ya suamiku galau.
Suamiku yang sejak dulu enggak menggubris peraturanku untuk tidak merokok di dalam kamar, jadilah ini juga kesempatan aku untuk pisah ranjang. Bukan dalam rangka memisahkan diri darinya tetapi memilih kamar yang bisa kuperlakukan seperti kamarku. Seperti peraturan "No Smoking". Suamiku boleh tidur di kamarku asal mau enggak merokok saat di kamarku.
Cara ini sukses membuat kami saling merindu satu sama lain setiap malamnya. Meskipun kerap kami bertengkar, jika salah satu dari kami pergi keluar kota, seperti ada yang hilang. Pisah kamar inipun membuat kami demikian meskipun hanya terpisah ruangan. Terutama aku yang kerap menghujaninya perhatian. Kami berchatting layaknya mereka yang masih pacaran.
"Yank, masih belum tidur ya."
"Masih nonton bola."
"Cepet tidur ya, katanya besok mau dibangunin pagi."
"Lha pean tadi kan sudah tidur."
"Pura-pura"
Hihihi
Yang tidak mungkin aku lakukan jika dalam satu kamar. Atau kadang paginya kutanyakan, "nyeyang Yank tidurnya?" Tapi itu ngayal supaya lebih mirip film india, aku gak pernah nanya. Hehehe
Termasuk pisah kamar kali ini juga membuktikan kecintaannya. Terbukti siapa yang kerap pindah kamar. Suamiku yang dulunya tak mau menurunkan ego untuk merokok di luar kamar, mencoba betah tidak merokok menjelang tidur, saat ingin tidur di kamarku. Atau setelah puas merokok di kamarnya atau di ruangan TV, barulah masuk ke kamar. Aku sih tanpa sadar, tau-tau subuh sudah berbaring di sampingku, tanpa bau rokok, abu ataupun asbak di sekitarnya. Yup, kami menikmati pisah ranjang ini.
Suamiku yang sejak dulu enggak menggubris peraturanku untuk tidak merokok di dalam kamar, jadilah ini juga kesempatan aku untuk pisah ranjang. Bukan dalam rangka memisahkan diri darinya tetapi memilih kamar yang bisa kuperlakukan seperti kamarku. Seperti peraturan "No Smoking". Suamiku boleh tidur di kamarku asal mau enggak merokok saat di kamarku.
Cara ini sukses membuat kami saling merindu satu sama lain setiap malamnya. Meskipun kerap kami bertengkar, jika salah satu dari kami pergi keluar kota, seperti ada yang hilang. Pisah kamar inipun membuat kami demikian meskipun hanya terpisah ruangan. Terutama aku yang kerap menghujaninya perhatian. Kami berchatting layaknya mereka yang masih pacaran.
"Yank, masih belum tidur ya."
"Masih nonton bola."
"Cepet tidur ya, katanya besok mau dibangunin pagi."
"Lha pean tadi kan sudah tidur."
"Pura-pura"
Hihihi
Yang tidak mungkin aku lakukan jika dalam satu kamar. Atau kadang paginya kutanyakan, "nyeyang Yank tidurnya?" Tapi itu ngayal supaya lebih mirip film india, aku gak pernah nanya. Hehehe
Termasuk pisah kamar kali ini juga membuktikan kecintaannya. Terbukti siapa yang kerap pindah kamar. Suamiku yang dulunya tak mau menurunkan ego untuk merokok di luar kamar, mencoba betah tidak merokok menjelang tidur, saat ingin tidur di kamarku. Atau setelah puas merokok di kamarnya atau di ruangan TV, barulah masuk ke kamar. Aku sih tanpa sadar, tau-tau subuh sudah berbaring di sampingku, tanpa bau rokok, abu ataupun asbak di sekitarnya. Yup, kami menikmati pisah ranjang ini.
hihi... pisah ranjangnya malah bikin kangen ya... oya, selamat menempati rumah baru yaa....
ReplyDeleteAlhamd.. Iya mbak makin merindu setiap malam.. Bikin harmonis malah hehehe... Makasih mbak
DeleteCara ini sepertinya menarik juga. hihi
ReplyDeletePas awal baca judul agak kaget sih. he
tips ampuh yang bisa diterapkan pasangan lain nih,
ReplyDeletesemoga makin kangen terus :)
wah...jangan serng-sering pisah ranjang mbak, nanti suami merindukan yang lain bagaimana :hehe
ReplyDeleteBisa memperkuat rasa kangennya kalau lagi sendiri.
ReplyDeletebagus juga tuh ide pisah ranjangnya...praktekin ah
ReplyDeletePisah ranjang artinya apaan ya Mbak, hehehe.... nice
ReplyDeletehehehehe...so sweet bgttttt ya :)
ReplyDeleteayo di foto mbak,,pengen lihat ruang per ruang,,:)
ReplyDeleteSo sweet :)
ReplyDeleteCiyeeeeh.. Ada yang rinduuu.. Hihihhi.. :p
ReplyDeleteIhiiiirr... kehidupan keluarga yg indah, hehe.... *jadi pengen :))
ReplyDeletePisah ranjang ya, walau tak ada pertengkaran, kalau bs ya jngan pisah ranjang.
ReplyDeleteKalau saya menilai sih hal ini gak sepenuhnya bagus.
ReplyDeleteYa bisa jadiuntuk konteks sekarang masih fine dan berjalan baik.
Tapi kita bisa analisa apa kira-kira kelemahan dan ancaman tindakan seperti ini, syukur-syukur anak kelak paham :D
buukan menggurui nih mbak :) soale aku demen gak pisah-pisah. wkwkw
Salam sukses dan bahagia selalu.
Wah seru juga ya! Oiya, semoga suminya bisa total berhenti ngerokok ya mbak :) yg penting kan doa ;)
ReplyDeletesy pisah ranjang setiap hari lho,,, solae ank bungsu sy ga mau tidur sma abinya, ktanya abi brisik suka ngorok hahaha....
ReplyDeleteRokok bikin nafas bau ya, Mba.
ReplyDeleteKamar utama malah kayak gak anget tuh buat bobo. :D
aih yang udah nikah bikin iri nih. bisa merasakan cinta sepenuhnya. semoga langgeng ya
ReplyDeleteMending begitu ya Mbak, bikin peraturan. Kalau mau merokok, merokok dulu diluar. Kalau sudah gak bau rokok boleh masuk kamar hihi.. tega sih, tapi demi kebaikan bersama.
ReplyDeleteUntung Suamiku bukan prokok :D
Duh untung bukan pisah ranjang yang itu ya... hehehhe
ReplyDeleteWah, jadi memang harus disiapkan ruang khususnya...
Ide yang bisa di tiru ini...hihihihi
ReplyDeleteWah saya belum nikah... :D
ReplyDelete