Ini merupakan catatan usang. Karena masih begitu ingat kenangan-kenanganya sangat sayang aku lupakan begitu saja. Oke, ini adalah saat pertama kali aku ke Solo. Sebenernya hanya singgah sebentar untuk kemudian lanjut ke Tawangmangu mengikuti rakernas BPP FLP (Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena) 2013-2017), Oktober 2013 lalu.
Bagi warga Solo, jalan-jalan di kota Solo mungkin menjadi hal biasa. Suasana kota dan keramah tamahannya yang tersohor menjadi makanan sehari-hari. Tetapi bagi pelancong, meskipun masih bertaraf lokal, hal tersebut merupakan kultur langka yang memiliki suasana berbeda. Bersama beberapa teman aku pernah mencicipi bagaimana Solo membuat kami sebagai pendatang kagum dengan kearifan suasananya.
Ketika itu rombonganku, dari Jatim tiba pertama kali di Solo malam sehari sebelum pelaksanaan Raker, setelah De Pita dari Jakarta datang sendirian paginya.
Kami menginap semalam di Solo, di rumah penulis Mbak Afifah Afra sekaligus pemilik toko buku Afra dan salah satu owner Indiva Publishing yang menjabat sebagai Sekjend BPP FLP periode ini.
Ramah dan menyenangkan, khas dengan Solonya. Kami disambut hangat dengan diajak berkeliling Solo. Di kereta kami memang sudah menyusun sekian rencana, salah satunya saat tiba, kami ingin menikmati angkringan yang terkenal dan belum pernah kucicipi (saat itu). Bak tamu agung, oleh Mbak Afra justru kami diantar kemana-kemana. Kami berlima dari Jatim (Aku, Mbak Retno dan anaknya, Mas Aferu Fajar, Mbak Wiwik Hafidzoh) ketambahan Mbak Nurbaiti Hikaru, De Pita, Mbak Dhieny Megawati dari Hongkong (beneran dari Hongkong) dan keluarga Mbak Afra (Mbak Afra, suami dan 2 anaknya), total 11 kepala terangkut dalam Mobil. Hehehe.... Seru dan rame dengan ocehan anak-anak dan derai tawa semua karena banyolan dan suara-suara De Pita yang memang seorang pendongeng menirukan suara binatang.
Puas menikmati jamuan Mbak Afra di angkringan Solo, kami dibawa meluncur ke jalan protokol Slamet Riyadi, mobil menepi dan parkir tak jauh dari Benteng Vesternburg. Menurut feelingku, tepatnya di sebelah Barat benteng. Sayang, di kawasan ini memang sepi dan kurang penyinaran sehingga dimanfaatkan muda mudi berdua-duaan. Nampak terlihat setelah tersorot lampu mobil.
Kota yang merupakan bekas pemerintahan Gubernur DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta sekarang, Joko Widodo, begitu ramah bagi pejalan kaki. Infrastukturnya tertata dan terkonsep, berjalan menjadi menyenangkan sewaktu-waktu capek tersedia bangku panjang untuk istirahat atau sekedar duduk-duduk.
Dari Benteng Vesternburg, kami berjalan ke Timur arah Keraton. Lumayan jauh dengan segala perkiraan pasti kami akan menelan kecewa karena petang begini barang tentu Keraton Solo sudah tutup. Sebelum sampai gerbangnya, kami sempatkan foto di air mancur yang terkenal dengan bundaran Glodok berlandmark Royal Surakarta Herritage. Indah sekali. Padahal tak jauh tempat tersebut ada banyak Polisi Patroli tetapi kami diizinkan untuk berfoto bersama. Sungguh di Solo polisipun juga memiliki kearifan lokal yang mengagumkan. Malah kami dibantu menyeberang ketika hendak pulang.
Air mancur bundaran Glodok Jl. Slamet Riyadi Solo |
Dekat shelter bus trans Solo depan Museum Bank Indonesia Solo |
Mas Aferu Fajar, ketua FLP Surabaya |
Bukan ibu-ibu arisan. Dari kiri: aku, Mbak Nurbaiti Hikaru, De Pita, Mbak Dhieny Megawati, Mbak Wiwik Hafidzoh, Mbak Retno Fitriyanti, Mbak Afra dan Anis anak sulungnya Mbak Afra. |
Kapan jalan-jalan ke Solo lagi Jeng Nunu, budaya dan kulinernya banyak ragam....
ReplyDeletewah asik sekali tuh, jalan-jalan malem hari sama keluarga :D
ReplyDeleteWaah... asyik yaa... sdh lama aku nggak jalan2 ke Solo.. hiks...
ReplyDeleteSolo emang nggak ada matinya mbak, apalagi kulinernya... saya tiap sabtu minggu ke Solo soalnya, hehehehe :D
ReplyDeletesaya malah belum pernah menginjakkan kaki di solo...pernah melintas tapi tak pernah mampir....padahal kepingin banget mampir di solo..
ReplyDeletekeep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
Solo tunggu aq :)
ReplyDeleteSolo memang kota yang sangat menyenangkan. Sama kaya jogja. Yang saya suka adalah khas angkringan dan orang2nya. .. Ramah pol.
ReplyDeleteaku bari 1 x ke Solo,,itu pun cuma mampir sholat saja di salah satu masjid di Kota Solo,,ternyata Solo indah juga ya :) jadi kangen nih,,,
ReplyDeleteasik bgt mba, jadi pengen ke Solo lagi
ReplyDeleteAku kasian banget Mbak, belom pernah nikmatin Kota Solo.. Huhuhu.. Pengeeeeennn..
ReplyDeletetulisannya keren mbak, blognya juga keren...aku juga punya sodara di Solo...salam kenal saya blogger baru masih banyak hal yang saya nggak tahu ...
ReplyDeleteWaaaah asyiknya .. pingin juga ketemu sama mbak Yeni :)
ReplyDeleteudah bertahun2 saya gak ke Solo. Jadi pengen ke sana lagi :)
ReplyDeleteSudah pernah ketemu Mbak Afifah Afra, ya. Beliau penulis hebat :)
ReplyDeleteSaya baru beberapa bulan yang lalu main-main ke Keraton Solo. Asyik lho, hehe....
Jangan lupa soto triwindu ..
ReplyDeleteSolo itu udaranya kayak apa, panas atau dingin, mbak?
ReplyDeleteKalau di kota biasa mbak.. Tapi masih mending daripada surabaya yang puanas puooll. Di tawangmangunya yanh dingin.
Deletewaaahh.... aku juga suka kota Solo. Ini kota asal suamiku nih. Kotanya tenang ya... ih, ngiri deh, belon pernah ketemu mbak Yeni MUlati dakuh
ReplyDeleteKeeeeereeeeen!!!!
ReplyDeletePengen ke sana dgn suamikumbak, kalau sendirian sama keluarga sih sdh pernah :)
ReplyDeleteaku suka solo, suasananya modern ya :)
ReplyDeleteJadi pingin ke Solo lagi, apalagi kalau ke Laweyan. Ngga pernah bosen deh ke Solo....
ReplyDeleteMampir ya ke www.rumahmemez.com
kayaknya sik ya, suasana malamnya, jadi pingin ke sana
ReplyDelete