Monday, March 12, 2012

Perjalanan Pena ke Sekolah Part I : Saya Malu Sendiri di Ruang Guru^^



Huaaaaaa.. Akhirnya bisa ngonline juga. Fyuh,,,, dua hari enggak ketemu internet serasa kehausan di tengah sahara. :D
Postingan ini sudah jadi IV part sebenarnya tapi saya ingin postingnya bertahap tiap hari satu part yang sudah saya atur jadwal postingnya. Ngomong-ngomong tentang jadwal posting, ternyata saya baru berhasil posting terjadwal ketika posting "Pesaudaraan Cinta ala Ibu dan Nyak". Hihihihi. Secara selama ini saya menganggap diatur jadwalnya trus disimpan, eh ternyata pas lewat jadwal posting kok postingan saya enggak muncul. Pasti saya yang salah pilih waktunya, jangan-jangan waktunya mundur karena saya bingung antara AM dan PM. Berkali utak-atik ini eh tetep saja gagal mulu. Ga taunya kudu di Publikasikan dahulu meski sudah di atur jadwalnya en harus muncul keterangan "terjadwal" pada daftar postingan.  Yaelah......
Meskipun terjadwal dan sudah ada jatah tulisan untuk empat hari mendatang, InsyaAllah saya akan tetap menulis disini. Termasuk rencana mau ikut GiveAwaynya penulis Kemilau Cahaya Emas, mba Nurmayati Zain. Tunggu ya mba :D. So, mungkin akan ada lebih dari satu post untuk tiga hari mendatang ding. Maaf buka empat ya, kan satunya sudah di post hari ini. Hehehehe
Banner yang seharusnya di pake tapi enggak jadi :D

Sebenarnya dari dulu pengen banget memberikan sesuatu untuk sekolah tempat saya belajar dulu, sebagai balasan atas apa yang telah mereka berikan terhadap saya. Akhirnya terlaksana kemarin, di SMP Negeri 1 Dawarblandong setelah beberapa minggu sebelumnya saya ijin dengan kepala sekolah Bapak Sunartono yang dulunya guru bahasa Indonesia kakak kelas saya :D
Entah, awalnya saya enggak merencakan untuk mengadakan acara ini. Awalnya saya hanya minta bantuan kakak untuk mengadakan acara bedah buku di Mojokerto dengan menggandeng Kwarcab Mojokerto tapi bersyukur ternyata keinginan saya yang lain yang terwujud ketika kakak bilang kepala sekolah tahu tentang buku saya dan saya di suruh ke sekolah untuk mengajukan surat ijin secara formil.
Malu juga sih waktu ke sekolah ketika itu. Ada sebagian guru yang tahu dan entah dengan takjub atau entah saking enggak percayanya saya yang kayak dulu begitu bisa jadi penulis.
“Lho, ning ndi sak iki ndok? Katanya sak iki wes sukses jadi penulis?”
Jadi saya yang spechles darimana bu Yanti tau tentang ini. Padahal setahu saya bu Yanti, guru yang saya kenal kalem dan enggak mungkin pakai yang namanya internet. Dan sekarang semakin banyak yang menganggap saya ini the real writer. Lho emangnya penulis bayangan enggak real? Bukan githu sih, setidaknya itu menambah beban saya, padahal selama ini saya bukan penulis yang seperti dalam bayangan mereka; Asma nadia mungkin, Helvy Tiana Rosa, atau the Pipiet Senja, lebih-lebih Sinta Yudisia? Ah tidak terlalu muluk-muluk jika saya menyamakan diri saya dengan mereka. Hanya sebatas dalam impian saya seperti mereka dan enggak salah kan? Saya lebih senang sebagai penulis Blogger saja seperti yang mba Anazkia bilang dalam blognya :D. Rasanya berawal dari blog saya bisa seperti ini dan dari merawat blog untuk mengupdate tulisan setiap hari yang mengajari saya bagaimana berproses ketika menulis. Jujur! Ini karena saya belum pernah sama sekali ikut kelas menulis Offline dan Online selain membaca yang mangajarkan bagaimana membuat tulisan yang bisa di baca.
Dan malu itu semakin bertambah manakala saya lupa dengan beberapa guru. Hwaaaaa? Ini sih namanya murid lupa sama gurunya, tapi tidak dibenarkan saya lupa akan jasanya lho.
Ada beberapa guru yang memang baru namun ada beberapa guru yang memang bener saya lupa dan baru inget ketika saya ingat-ingat kembali di rumah. Bu Heni, guru bahasa Daerah saya dulu kelas 2. Bu Suminah, guru bahasa Indonesia saya dulu kelas 2. Namun beliau-beliau ini masih ingat lho dengan saya. ALAMAK?! Apanya ya yang diingat?!
“lho ini kan Unun yang dulu, sak ini opo yo sik cengengesan?!”, Hahahahaha yap! Itu membuat saya lebih menutup muka, sekonyong-konyong itu perkataan yang keluar dari bu Suminah ketika saya hendak menyalami beliau. Hehehehe,
Ada benarnya sih kalau ada yang bilang begini, “Ada dua murid yang selalu diingat oleh guru; pertama anak yang paling pintar dan bersinar, kedua anak yang paling bodoh atau paling nakal, di kelas”. Jadi saya termasuk yang mana nih? Bodoh enggak. Pintarnya dikit doang. Kalo nakal? Hem, enggak pernah masuk dalam buku besar, tapi kalo sering rese bin jahil sih iya. Hehehehhe
Namun menurut saya keduanya special sih ya, buktinya masih diingat oleh guru. Hehehhe. Tapi mudah-mudahan setelah ini yang meraka ingat adalah karya saya. Owh, yang sekarang nulis itu ya. Hehehehhe [bersambung]

2 comments:

  1. aduh ... berseri nih mbak?
    ya deh, sabar menanti postingan selanjutnya :D

    iya ya, murid yang biasa2 sebenarnya jarang diingat guru
    saya pun diingat karena menonjol di 1 mata pelajaran, jadi nyebutnya ooo si anu yang pinter belajar ini yah ... hehehe
    atau kalau guru olah raga pasti bilangnya ... oo si nique yang paling sering bolos di pelajaran saya ya hahaha

    setidaknya jadi memudahkan mereka juga toh dalam mengingat kita xixixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehehehe, saya jadi berseri karena komentarmu mba :D
      part II nya sudah muncul :D

      Delete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog