Saturday, January 21, 2012

Foto Pembaca Buku Storycake

luthunaaaaaaa

Friday, January 13, 2012

Orang Pintar VS Orang Bodoh

Sumber gambar dari sini

Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis.
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar.
Alhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.
Alhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mencari kerja.
Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.

Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya.
Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH). Oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.

Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, sementara itu orang pintar percaya.
Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh.
Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.

Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar.
Alhasil orang orang pintar menjadi staf-nya orang bodoh.

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang berkerja. 
Tapi orang-orang pintar DEMO. Alhasil orang-orang pintar 'meratap-ratap' kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.
Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit.
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.

Bill Gate, Dell, Henry Ford, Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong
Adalah orang-orang yang tidak pernah dapat S1, tapi kemudian menjadi kaya raya.
Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka. Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.

PERTANYAAN :
Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh?
Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh?
Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh?
Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh?

KESIMPULAN:
Jangan lama-lama jadi orang pinter, lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.
Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh.
Kata kunci nya adalah 'resiko' dan 'berusaha', karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.
Orang pinter perpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut.

Tuesday, January 10, 2012

Market, Warung Mak, dan Handuk Nyasar

-->
Gue lebih suka belanja di minimarket, supermarket, blablablamarket, en whatever yang ada embel-embelnya market. Meski gue orang udik tapi jiwa gue kota, bo! Eits, tapi gue ga mau disamakan dengan tukul. Piss mas Tukul.
Sering sih tetangga-tetangga gue mencibir gue yang tinggal di pinggiran kota dengan kehidupan manusianya yang masih sangat tradisional ini bilang kalau gaya hidup gue terlalu tinggi. Sering belanja di sana –read: spermarket, belanja disini –read: warung tetangga gue Cuma beli sayuran dan ikan doang.
Tapi gue no care dengan mereka. Malahan gue ini sedang pengiritan lho. Jika di perbandingkan beli di di supermarket dengan di warung selama sebulan. Selisih jumlah harganya bisa gue beliin es krim. Lumayan kan nyenengin ponakan dan keluarga.
Disisi lain beli di tempat yang ada embel-embelnya market. Pasti dah gag pernah salah harga ataupun salah itung. Tau kan pelabelan harga yang lebih canggih sekarang dengan menggunakan system barcode. Kalau belum tau coba deh cek barang terbaru yang kamu beli. Missal buku; di baliknya pasti ada gabar barcode, atau di jajanan anak-anak. Yang seperti dibawah ini loh gambarnya.
Nah, system barcode inilah yang membuat saya merasa nyaman belanja di tempat yang ada embel-embelnya market. Kekeliruan dalam harga ataupun kesalahan menghitung bisa diminimalisir. Karena semua code barang yang memilliki harga tertentu sudah dimasukkan dalam system computer. Ketika belanjaan gue barcodenya di deteksi dengan mesin kasir yang alatnya disebut keponakan gue dengan laser itu, masing-masing harga dari barang belanjaan gue langsung muncul di layar monitor computer mba kasir.
Beda dengan warung mak Seh depan rumah. Meski barang jualannya ada barcodenya. Tapi mak tidak punya alat yang disebut ponakan gue laser tadi. Perhitungannya masih manual menggunakan ingatan. Bayangkan kalau ada ratusan macam barang di warung tersebut, dan mengingat-ingat masing-masing harganya. Belom menghitung totalnya. Yang kadang gue nggak suka, mak Seh juga kurang terbuka. Missal belanjaan gue, tiba-tiba totalnya jadi sekian. Wew, gue sendiri nggak tau berapa masing-masing harga barang belanjaan gue. Iyah kalu salah itungnya semakin murah, kalo semakin tinggi harganya. Gag mau rugi dong gue. Hehehehe
Tapi, belom tentu sih beli di tempat yang ada embel-embelnya market tidak terjadi kesalahan. Makanya tadi gue bilang, meminimalisir kesalahan dan kekeliruan harga. Dan gue pernah ngalaminya.
Ketika gue lagi milih-milih anduk, gue lihat-lihat harganya terlalu tinggi bagi kocek gue meski gue sendiri suka banget dengan bahan kainnya. Lembuuutt banget. Dan dengan berat hati aku tinggalin box anduk tadi. Eh, tiba-tiba mata gue ngeliat surganya ibu-ibu shoper. Apalagi kalo bukan diskon, SALE50%+. Dan itu untuk anduk yang emang pengen gue beli. Ya, meski tidak selembut tadi paling tidak lumayan gue dapet murah.


Nah, pas milih anduk yang sale50%+ tadi gue dapetin satu-satunya anduk yang tidak ada label harga maupun barcodenya. Padahal jelas-jelas semua harga anduk dalam box SALE50%+ sama dan terpampang jelas di salah satu sisi box. Tapi gue pengen mastiin tuh harga dengan langsung membawanya ke mesin kasir yang lebih dekat, soalna ni anduk gue yakin barang di box tadi yang gue pilih. Dan ternyata mba kasirnya langsung mengambil satu anduk di box SALE50%+ dan ngecek barcodenya tanpa membandingkan bahan. Oh, akhirnya gue dapet handuk harga 40.000 dengan harga 11.000 karena anduk tanpa barcode yang nyasar. hihihihi dasar emak-emak matre.

So, Gue jadi mikir. Ternyata Barcode itu penting sekali untuk akurasi harga bukan hanya sekedar pajangan dalam belanjaan kita.
Dan, yang lebih penting gue nggak dirugikan. Malah gue pernah diuntungkan. Hehehhe. Bagaimana menurutmu?


--> Artikel ini diikutsertakan dalam Kontes Cerita Unik Belanja di BloggerPemula.Com

Feel Free To Follow My Blog