Saturday, June 27, 2015

Cermat Mempersiapkan Biaya Kelahiran

Sumber ilustrasi, aturduit.com


Saat mengetahui saya sedang hamil baby Ewa, satu hal yang saya pikirkan, biaya melahirkan.

Saya ini termasuk orang yang kurang tertib administrasi. Bertolak belakang dengan suami yang administrasi hidupnya rapi sekali. Mulai akte sampai sertifikat pelatihan MS.Dos jaman baheula masih dia simpan. Saya? Ijasah SMA disimpan kakak pertama, akte disimpan kakak kedua, yang penting mah surat nikah sama saya hihi.

Sampai-sampai saya acuh dengan yang namanya surat pindah. Nikah sudah 4 tahun tapi belum dapat surat pindah. Baru kepikiran pas hamil saya belum ngurus BPJS huhu. Dan salah satu sayatnya kartu keluarga. Sementara saya dan suami belum punya KK karena saya gak ngurus surat pindah. 

Walaupun sebenarnya saya langsung ngurus saat itu juga tapi gak yakin BPJS saya tepat waktu. Mengingat ribetnya administrasi instansi pemerintahan negara ini. Dan konon katanya BPJS baru bisa digunakan 3 bulan setelah pendaftaran. Jadilah selama kehamilan saya kudu pinter-pinter mengumpulkan uang buat biaya bersalin.

Kalau kata bidan sini, setiap ibu hamil wajib punya Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin). Entah itu berupa BPJS, simpanan uang di rumah atau di Bank. Karena saya tidak punya, maka saya memulai dari nol. Merencanakan Tabulin dari hamil 1 bulan.

Pada dasarnya saya dan suami termasuk orang boros. Setiap bulan gaji suami dan saya bisa dibilang nggak bersisa. Tidak bisa mengandalkan dengan menyimpan uang di rumah. Sehingga saya harus cermat, selain berusaha menabung sendiri di rumah, saya juga membuat tabungan pengaman bila pas tiba lahiran tabulin saya kurang karena keambil-ambil.

Tabungan pengaman yang saya maksud bisa berupa kartu kredit yang bisa digunakan ketika dalam keadaan darurat. Karena saya tidak punya kartu kredit, maka saya memilih tabungan di bank yang tidak bisa saya ambil dan gunakan baik via atm maupin internet banking, tetapi bisa saya gunakan ketika saya membutuhkan.

Yang paling sesuai adalah tabungan berjangka Bank Mandiri (hihi nasabah setia). Karena setoran awal dan bulanannya ringan. Bisa disesuaikan dengan kemampuan dan bisa diubah pada bulan berjalan.

Meskipun jangka waktunya minimal 1 tahun dan saya hamilnya hanya 9 bulan. Tidak masalah karena tabungan berjangka Bank Mandiri bisa dicairkan sebelum jatuh tempo. Hanya saja memang kena biaya potongan denda karena melanggar kesepakatan.

Bagi saya tidak masalah, toh namanya tabungan pengaman yang digunakan pas darurat. Tetapi Alhamdulillah, lairan kemarin cukup dengan uang tabulin di runah, tidak sampai mencairkan tabungan pengaman saya.

Tuesday, June 23, 2015

Si Phobia Darah dan Jarum Suntik Bisa Melahirkan Normal

Jangan pernah membayangkan kesakitan yang belum atau tidak kau alami, belum tentu itu menyakitkan atau justru lebih menyakitkan tergantung tingkat kesakitan seseorang.

Jarum infus yang menemani proses kelahiran baby Ewa dan yang saya takuti ini ternyata bisa menancap sampai 3 hari
Memang belum ada ahli psikis yang menjudge saya pobhia darah (hihi enggak pernah periksa sih), tetapi rasanya kala melihat darah mengucur di tubuh orang, tubuh saya sudah lemes duluan dan turut merasakan kesakitan yang dirasakan orang tersebut. Ini juga yang menjadi alasan kegagalan saya mewujudkan impian (alm) emak menjadi bidan. Hiks, maafkan daku mak:(, alfathehah.

Termasuk dengan si jarum suntik, saya lebih memilih kabur daripada disuntik vaksin ketika sekolah dasar. Pernah mencoba melawan ketakutan dengan donor darah dan infus glutathione, hasilnya tangan bengkak, biru, mbendol, aboh, sampai seminggu.

Tetapi melahirkan baby Ewa secara normal (perlu penekanan pada kata normal) plus-plus kemarin, rasanya seperti mimpi. Bukan lagi jarum suntik. Ternyata si phobia darah dan jarum suntik bisa melalui semuanya, ditusuk jarum suntik, diinfus, digunting 2 kali (menurut suami) bahkan sampai merasakan seperti ditancapi 3 paku di jalan lahir baby Ewa.

So Amazing rasanya, sampai saya tidak merasa kesakitan selama proses tersebut. Bagi saya rasa yang paling sakit adalah saat kontraksi. Tetapi percayalah, kalian yang memiliki ketakutan sama dan menghindar untuk melahirkan normal, apa yang ada dalam bayangan adalah kesemuan. Jangan pernah membayangkan kesakitan yang belum atau tidak kau alami, belum tentu itu menyakitkan atau justru lebih menyakitkan tergantung tingkat kesakitan seseorang.

Kalau kata orang, melahirkan memang sakit, tak ada melahirkan yang tak sakit sekalipun dengan sectio. Satu yang saya buktikan, semua terbayar saat tangisan baby Ewa pecah.

Harusnya memang si phobia darah dan jarum suntik akan lebih memilih melahirkan caesar daripada normal. Bukan masalah biaya, alhamdulillah selama hamil baby Ewa, rezeki kami mengalir deras, saya bold kata deras karena memang lebih dari biasanya sebelum saya hamil. Jikapun diperlukan menjual simpanan perhiasan, saya relakan untuk kelahiran baby Ewa. Tetapi bagi saya infus dan kateter yang menancap di tubuh itu lebih sakit (lagi-lagi mungkin ini bayangan semu saya). Apalagi disertai dengan cerita teman-teman efek melahirkan caesar lebih panjang daripada normal. Sehingga saya mantap melahirkan normal.

Bersyukur saya menemukan dokter yang pro melahirkan normal plus dokter anak yang pro ASI di klinik Graha Amani Sidoarjo. Saking pro ASI-nya, ibu melahirkan yang tidak bisa IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dengan ASI, harus menandatangani surat pernyataan pemberian susu formula. Selain itu lokasinya terjangkau di kawasan ruko Citra Harmoni dekat dari Rumah plus dokter yang menangani sangat profesional (ini kata suami saya yang melihat langsung si dokter membantu kelahiran baby Ewa). Tetapi saya malu, dokternya laki-laki J. So diawal-awal saya memilih melahirkan ditolong bidan.

Itu enaknya, di klinik Graha Amani saya bisa memilih mau lairan sama dokter atau bidan. Meskipun ada juga dokter kandungan perempaun, tetapi bonding saya lebih kuat dengan bidan yang sudah friendly setiap kali kontrol. Merasa nyaman aja bidan-bidannya baik. Toh meskipun sama bidan tetap dalam pantauan dokter kandungan saya, dr. Ardian.

Setiap jam bahkan setiap tindakan yang dilakukan bidan terhadap saya selalu atas rekomendasi sang dokter. Bidan seperti tangan jarak jauh dr Ardian yang praktek di tempat berbeda, RS. Soerya Sepanjang. Hihi mayan kan, lairan rasa dokter harga bidan.

Tetapi oh tetapi diluar dugaan ternyata ada penyulit dalam proses kelahiran baby Ewa kemarin. Sehingga proses yang tadinya ditangani 2 bidan, mau tidak mau harus dialihkan kepada dokter. Tak ada lagi rasa malu, yang ada saya ingin segera memeluk bayi saya.

Mau tahu proses dan kronologi kelahiran baby Ewa? InsyaAllah di postingan selanjutnya, mau nyusuin baby Ewa dahulu. Hehe.

Baca di sini kronologi melahirkan baby Ewa.
Tangan mungil baby Ewa


Feel Free To Follow My Blog