Muter berkal-kali sekitar Ketintang, aku tak juga menemukan baby shop. Jadilah aku mampir ke Alfamart, membeli sekedar sabun baby. Cuma itu yang terpikirkan olehku. Itupun dengan menimang harganya.
Keluar Alfamart aku bertemu dengan dua cewek. Cantik banget, bau wanginya sudah tercium sejak aku di depan pintu. Dan ketika mau mendekat keduanya kabur.
Sedikit gemetar tatkala aku mendapati kunci motorku masih tertancap manis. Omegat. Padahal sejak awal aku mewanti-wanti, "nggak ada tukang parkir, kunci motor jangan sampai tertinggal."
Jika aku berspekulasi, dua cewek tersebut memang sangat janggal sekali. Berbincang tapi secara berjauhan. Satunya duduk diatas motor tepi jalan, sang cewek cantik yang wangi baunya berdiri tepat di samping motorku. Tangannya meraba jok motor. Orang lewatpun, mungkin akan mengira itu motornya.
Ya Allah, cerobohnya aku. Padahal aku di dalam tadi cukup lama. Milih-milih barang dan juga sempet agak lama di kasir nunggu uang kembalian. Gemetar dan lemas jika aku mengingat kejadian hari ini. Apa yang terjadi jika aku tadi agak lama sedikit? Entahlah, aku bersyukur motorku masih diselamatkan oleh Allah SWT.
Inilah Nunu, seorang hamba yang masih tipis imannya. Barang duniawi seperti ini saja masih dirisaukan. Semua yang kumiliki adalah milik Allah SWT, tidakkah diri ini hanya titipan? Seperti apa yang ditulis oleh Rendra saat terbaring di Rumah Sakit.
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji miliku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti,Dan aku masih gemetar hingga saat menuliskan ini. Tidak percaya aku masih Dia percaya menjaga titipan-Nya
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
Alhamdulillah... nggak jadi diapa-apain motornya... lebih hati-hati nanti ya mba :)
ReplyDeletealhamdulillah, untung motornya nggak hilang ya mba :) lain kali lebih hati hati :))
ReplyDeleteAlhamdulillah. Dijaga Allah.
ReplyDeleteLha aku sing baca ikut deg-degan.
Alhamdulillah. Masih rezeki ya, Nu. Ikut deg-degan juga bacanya.
ReplyDeleteAlhamdulillah .. mash rejeki ya mbak Nunu. Suami saya sering juga lupa kunci motornya, alhamdulillah mash tertolong .... alhamdulillah
ReplyDeletePadahal yang begini biasanya suamiku mbak :(
Deletealhamdulillah...masih asih rizki mbk^^
ReplyDeletealhamdulillah, mba. artinya motornya masih jadi amanah ya
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteUntung saja..
Tapi kok cewek cantik yang wangi bisa dicurigai ya..? :)
Sepi banget soalnya mas, nggak ada sesiapa, hanya ada dua motor, motorku dan motor lain berjauhan, kenapa dia berdiri dekat motorku?
DeleteAlhamdulilah ya Mak Nu, masih dijaga samaNYA :)
ReplyDeleteSemoga lain kalin tidak teledor lagi hehe
fiuh.. alhamdulillah..
ReplyDeletesyukutlah gak jadi kehilangan motor, lain kali hati2 ya neng
ReplyDeleteAllah masih mempercayakan sepeda itu padamu, mbak :)
ReplyDeleteAlhamdulilah..
ReplyDeleteGusti, puji syukur mbak tidak sampai kehilangan. saya juga ngalami tadi siang mbak, setelah jemput sahabat saya Winda, dan kami masuk ke lantai atas. tapi kondisinya di kosan saya mbak, di parkiran bawah. kalau saya hitung dalam waktu, mungkin sudah setengah jam lebih kontak masih nyantol di motor. baru sadar pas diberitahu bapak Mukhlis, beliau yang punya jasa laundry (satu atap sama kosan saya). akhirnya buru-buru lari ke lantai bawah untuk ngambil. bukannya buruk sangka sama penghuni lain, tapi namanya kesempatan (maaf saja). semoga lain kali mbak (saya juga) bisa lebih berhati-hati :)
ReplyDeleteSaya ikut deg-degan Mak. Allah Maha Penyayang, alhamdulillah.
ReplyDeleteSalam kenal ya