Sunday, March 11, 2012

Pesaudaraan Cinta ala Ibu dan Nyak



Malioboro, Djogja
Saya pernah tinggal setahun di asrama, ibarat sekolah adalah boarding school yang sekolah dan tempat tinggalnya jadi satu. Tapi ini saya lalui pasca SMA, seperti mahasiswa. Bedanya kampus kami dikhususkan untuk anak yatim (bapak sudah meninggal tapi ibu masih hidup) or yatim piatu (bapak dan ibu sudah meninggal, like me:). Piatu tidak boleh, dan pernah terjadi DO mahasiswa secara besar-besaran sebulan setelah dimulai perkualiahan karena kedapatan banyak mahasiswa yang piatu (ibu sudah meninggal, bapak masih hidup). Ya, mungkin di mata masyarakat yatim, piatu or yatim piatu adalah sama. Nyatanya beda, dan pihak kampus beranggapan yang meski ibunya sudah meninggal (piatu) tapi masih punya bapak yang memiliki tanggung jawab menyekolahkan.

Peraturan asrama sangat ketat, termasuk jadwal pulang yang diperbolehkan ketika hari libur. Membuat kami rindu dengan keluarga dan menciptakan kondisi tersebut di asrama. Apalagi semuanya dari kami adalah Yatim/Yatim Piatu yang sudah pasti panggilan Bapak/Ibu sudah tidak ada lagi. Sehingga masing-masing dari kami (penghuni asrama) yang memiliki sosok tersendiri mendapat gelar/panggilan baru sebagai bagian dari keluarga. Dan dalam foto ini adalah sosok ibu dan nyak, saya dan mereka (penghuni asrama) memanggilnya ibu juga sebaliknya saya dipanggilnya nyak. Sampai sekarang dan nanti.

NORAK: Dalam bus Trans Djogja
Boleh dibilang kami bukan sekedar sahabat, lebih dari Friendship Love saya menganggap dia seperti saudara sendiri. Orang kedua yang menjadi pertimbanganku setelah suamiku. Seperti kemarin ketika suami tidak bisa mengantarku ke Ciamis, tidak terlihat sedikitpun keluh kesahnya menemani perjalanan panjang lintas propinsi. Lelah, ngantuk, terlantar, ditipu orang adalah bagian cerita yang tidak perlu dikeluhkannya. Bahkan kami menyempatkan mampir sebentar ke Jogja, jalan-jalan sambil memanjakan mata dan menikmati bus trans Jogja yang belum ada di Surabaya.

Saya senang ibu terlihat menikmati ini, meski saya sendiri tidak banyak membelikannya apa-apa. Tapi ini adalah moment kami berdua yang sangat langka. Mengingat kesibukan kami berdua yang sudah berpisah kota, saya di Sidoarjo dan ibu di Jombang.

Ah Ibu, masihkan kau ingat tentang mimpi ketika tanpa sadar kau berujar ingin traveling menelusuri kota-kota yang belum pernah kita kunjungi, mungkin ini adalah sebagian jawaban do’amu dulu, mengunjungi kota Purwokerto dan Ciamis yang belum pernah sama sekali terjamah oleh kaki kita.

Rasanya mimpi itu kian nyata ya bu. Saya selalu meyakinkanmu, apapun keinginan kita jangan pernah putuskan do’a dan mimpi kita. Allah tidak tuli, pasti mendengar do'a kita. Percayalah Allah selalu memiliki seribu cara bagaiaman mewujudkan mimpi hambanya. Tinggal sampai di mana usaha yang kita lakukan untuk berikhtiyar, ikhtiyar dan ikhtiyar[.]
Depan Stasiun Kiaracondong, Ciamis
Jumlah kata; 394
Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY :  Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh Susindra


16 comments:

  1. Ciyeee he he...
    Lho mbaknya dulu sekolahnya di mana e?
    Sukses yaw kontesnya... x)

    ReplyDelete
    Replies
    1. di MEC mba, mandiri enterpreneur center mba Una, di Surabaya..
      Aminn :D

      Delete
  2. Kebersamaan memang tak pernah habis untuk selalu diceritakan.
    selalu mengundang romantisme yang begitu hebat dalam babak kehidupan kita ya Mbak..
    Semoga sukses kontesnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. selalu mba,,, sahabat segalanya,, hehehehe
      Amin tengkyu mba Prit :D

      Delete
  3. di dalam bis'pun masih sempet narsis...duuh senengnya....
    sukses mba buat GA'nya... =)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahha.. first moment naik bis Trans Jogja nih mba :D

      Delete
  4. Subhanallah .. ada pengganti ibu ya mbak. Semoga kekal hubungan indah itu ^__^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba,, ibu yang menghangatkan hati di kala sedih, duka dan senang saya tentunya :D.. Amiinn :D

      Delete
  5. wah numpang narsis di jogja ndak bilang bilang. . . . aku mau ikut narsis lo. .

    ReplyDelete
    Replies
    1. dilarang numpang narsis mas wakwakwkkk

      Delete
    2. hahahahha.... ikut doang nggak bayarin kan.. hihihihi

      Delete
  6. dalam bis kompak ya mbak,jadi duta perdamaian(piss) ehehe
    sukses deh buat kontesnya^6

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi duta itu mah obsesi banget mba... sungkan sama mba atma :D hihihihi

      Delete
  7. so sweeet
    =D
    kunjungan perdana, gut lak bwt kontes ny mbak

    ReplyDelete
  8. Saya baru tahu ada sekolah seperti ini, mbak. Berasa membaca cerita imaginatif. Maaf loh, ini karena ketidaktahuan saja dan efek membaca buku TereLiye.
    Ini benar-benar cerita yang haru, bagaimana mbak Nunu dkk mencari sosok pengganti ortu yang tiada. Ah, sungguh indah. Terima kasih ya untuk pengetahuan barunya, juga rasa sayangnya. Salam hangat dari Jepara,
    Susindra

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog