Friday, March 02, 2012

Dia Bukan Jodohku, Sebab Cinta Tak Harus Memiliki


-->(;cerpen yang tidak pernah lolos dalam lomba;)
By. Nunu El-Fasa
Okti, Mahasiswa baru yang berhasil memikatku. Sejak awal menjadi panitia Ospek, mataku sudah tertuju padanya. Padahal Okti juga berasal dari Aliyah yang sama denganku di Jombang. Bahkan satu pondokan, aku di pondok putra dan Okti di pondok putri. Tapi aku tidak pernah melihatnya mungkin karena kesederhanaanya, Okti tidak terlihat olehku yang ketika itu sering menjadi idola karena kepawaianku dalam kejuaraan Voley di sekolah. Dan entah dengan caraku tak kubiarkan orang lain mempermainkannya seperti boneka ospek anak-anak baru lainnya. Tanpa menunggu lama setelah aku tahu tentang dirinya, kuputuskan untuk menembaknya meski aku belum pernah pacaran sekalipun menembak lawan jenis karena sifatku yang pemalu. Namun ajaib kali ini aku berhasil memacarinya.
Empat tahun lebih kujalani kisahku bersama Okti. Bisa kubilang hampir sempurna tanpa cacat. Bukan berarti tidak pernah ada masalah, selayaknya hubungan di antara manusia, semua itu ada tapi tidak akan ada artinya.
Jalinan cinta kami bukan seperti Romeo-Juliet, Rama Shinta ataupun Laila-Majnun. Lebih dari itu, jika dalam agama Islam ada syari’at, hakikat dan ma’rifat maka cinta kami telah memasuki gerbang hakikat di hati kami masing-masing.
Allah SWT yang menjadi pengikat cinta kami dan Rosululloh-lah teladan untuk saling menjaga cinta ini.
Yaa, aku hanya ingin lebih bertanggungjawab pada komitmen awal hubunganku, untuk selalu menjaga Okti. Hanya aku orang terdekatnya di kota ini, jauh dari orang tua dan keluarga membuatku ingin lebih menjaganya. Dan akan kujaga calon mahkotaku. Begitu aku selalu meyakinkan diriku bahwa Okti adalah calon Istri yang paling tepat untukku.
Hingga di setiap kepulangannya ke desa tak kubiarkan Okti sendirian. Empat tahun tidak pernah bosan pulang-pergi Magetan-Malang hanya untuk memastikan Okti akan baik-baik saja dari rumah hingga kembali ke tempat kosnya.
Pacar! Mungkin itu status yang kami sandang di mata teman-teman. Pacar-pacaran yang banyak menjamur di kampus sebagai penghibur kuliah. Tidak! Tidak akan pernah ada yang mengerti tentang ini, tentang hati kami, tentang semua yang terjadi dan yang kami alami. Tidak akan pernah mengerti sekalipun detail aku ceritakan. Dan memang biarlah hanya kami yang mengerti dan merasakannya.
Hingga tak ada keraguan, kami saling mengenalkan keluarga masing-masing. Aku yang sering bertandang kerumahnya tidak adil jika Okti tidak kukenalkan dengan keluargaku.
Hangat dan ramah sambutan keluargaku terhadapnya. “Alhamdulillah, aku tidak salah pilih. Memang Okti wanita sempurna dan calon istri Sholikha untukku” begitu batinku.
Namun beberapa minggu setelah kedatangannya ke rumah. Ibu berucap, “ada firasat ibu yang tidak baik nak, Okti bukan untukmu. Kalian tidak akan bisa bersama”
Astagfirullah, ibu yang selalu aku nantikan kebaikan doanya, mengatakan hal yang seharusnya tidak beliau ucapkan. Tapi aku yakin ibu tidak asal bicara. Ibu sangat merestui hubungan kami begitu pula ayah. Kriteria calon menantu yang diharapkan, semua ada padanya. Lalu apa maksudnya ucapan ibu??
Aku terus mencari jawaban yang sebenarnya tidak kuinginkan. Tapi aku penasaran dan akan kubuktikan ucapan ibu tidak benar. Kuamati kesalahan-kesalahan terkecil barangkali aku kurang teliti terhadapnya. Tidak juga kutemukan.
Berharap dapat jawaban darinya aku ceritakan apa yang terjadi. Oktipun sama sepertiku, tidak percaya akan ceritaku. Aku percaya Okti, Oktipun percaya penuh kepadaku. Tidak ada yang disembunyikan di antara kami.
Sampai menjelang wisudanya, baru Okti mengatakan sesuatu yang belum pernah ia tahu sebelumnya. Sesuatu yang tidak Okti kehendaki. Sesuatu yang benar-benar menyakiti kami, ternyata Okti sudah ditunangkan dengan pria pilihan orang tuanya sejak awal kuliah yang tidak pernah ia tahu. Okti tidak bisa memilih antara aku dan orang tuanya. Aku orang yang dicintainya dengan orang tua yang selalu diharapkan kebahagiaannya.
Tipisnya perbedaan antara sedih dan bahagia membalikkan kisah yang telah kami rajut sejak awal hingga akhir kuliah.
Dan Allahpun benar-benar membuka mataku, membuka hatiku bahwa jodoh memang kuasa Allah. Bukan haq-ku mengatur jodohku. Bukan haq-ku pula mengatur jodohnya Okti. Sebab cinta tak harus memilikinya, maka kubiarkan Okti pergi dengan setumpuk doa agar Okti lebih bahagia bersama calon keluarganya[.]

15 comments:

  1. ceritanya mengingatkan ku dengan seseorang yang tak pernah diizinkan Tuhan menjadi jodohku...
    like it..

    ReplyDelete
    Replies
    1. cerita ini memang basic on the true story mba.. hehehhe

      Delete
  2. sedih bacanya,sambil "sentlap-sentlip" didepan layar monitor...
    Membuat saia ingat akan sesuat hal....
    Salam kenal. Kunjungan pertama ne..
    artikelnya bagus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mbaaaa... ini kan cerpen bukan artikel hehehhe lebih tepatnya FF (fash fiction).. hehehhe btw thanks ya meluncur balik ke TKP neh :D

      Delete
    2. hahahaha....saya taunya artikel mba....
      ndak apalah...

      Delete
    3. kalo cerpen biasanya fiksi ada juga yang basic on the true story, namanya saja cerpen alias cerita pendek pasti sebuah kisah.

      nah, kalo artikel biasanya tentang analisa, riset, atau bentuk pemikiran tentang suatu hal. kalo dari gaya penulisannya artikel menggunakan narasi hampir tidak ada dialog.

      kalo cerpen biasanya ada dialog, tapi ada jga yang tidak seperti punyaku.. hehehhehe #bukan berarti saya menggurui:D hanya membagi

      Delete
  3. sedih amat ya critanya.. tp mo gmn lagi ya.. klo emang ga jodoh, ya kt ga bs maksain..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya,, kita ga bisa menebak siapa jdoh kita.. bertahun2 pacaran e malah ga jadi, yang ketemu 2 hari saja bisa jadi besok langsung menikah :D

      Delete
  4. aku kurang sepakat bahwa cinta itu tak harus dimiliki. . . .

    aku pikir bahwa cinta memang harus memiliki. . . karena cinta sejati bukan untuk tak memiliki tapi memang harus memiliki. .

    memiliki bukan berarti harus memiliki jasat yang kasap mata, tapi memiliki rasa kasih dalam jiwa sebagai wujut keyakinan dan kenyamanan. . .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Susu segar...tidak ada yang namanya cinta sejati okey
      cinta sejati hanya ada pada ibu dan bapak..kalo kamu tuh namanya cinta buta brooot..okey

      Delete
  5. bagus banget. .
    yang penting tetep brusaha gari yang lebih baek
    salam sukses selalu . . .

    ReplyDelete
  6. Sungguh sangat mengharukan sekali..anak-anak yang sholeh dan ta'at kpd kdua orang tuanya.sangat-sangat salut,keputusan yang di ambil "cinta tidak harus saling memiliki" krn smua cinta hanya Milik Allah swt.

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog