Sunday, July 21, 2013

[Renungan Ramadhan] Menyiapkan Bekal Hati, Menyambut Hari Nan Fitri

Sebuah apresiasi saya untuk mas Rafif Amir Ahnaf atas bukunya yang lahir menjelang Ramadhan. Pas sekali momentnya. Saat semua orang harusnya mampu mengendalikan hati dan diri, bangsa kita tengah dihadapkan pada permasalahan kenaikan BBM dan beragam isu lain. Lagi-lagi apapun kondisi, memang hati kita haruslah tetap terjaga. Selalu, selalu dan selalu berkhusnudzon kepada Allah SWT.

Tak bisa dipungkiri kenaikan BBM satu bulan berjalan ini membuat segala macam harga barang naik. Bahkan dari menjelang kenaikan BBM, seolah semua sudah mengambil ancang-ancang. Menyusul Ramadhan dan menjelang lebaran seperti ini bahan pokok makanan yang seringkali dikeluhkan terlalu melonjak harganya. Sebut saja cabe. Ibu rumah tangga dibuat syok atas ultimatum penjual dengan minimum pembelian cabe lima kali lipat. Itupun isinya tak lebih banyak daripada biasanya yang hanya seribuan perbungkus.
Banyak terdengar keluhan masyarakat, mulai dari jejaring sosial, radio, televisi, atau mungkin lebih banyak lagi yang tak terekspos. Akar permasalahannya bisa jadi dari pemerintah yang tidak tepat memilih waktu untuk menaikkan BBM, ditambah lagi dengan moment Ramadhan dan Lebaran.
Tapi sadarkah kita, bahwasannya siapa yang telah mentakdirkan semua ini? Sangat manusiawi kita selalu mengharapkan hidup yang nyaman. Akan tetapi kenyataannya hidup bukan tetaman yang selalu dipenuhi bunga-bunga (hal 82). Ada masa-masa kita mengalami kesulitan termasuk yang sedang dihadapi bangsa kita saat ini.
Buku setebal 103 halaman yang ditulis oleh Rafif Amir Ahaf ini memang tak ada bahasan tentang dampak kenaikan BBM atau mengulas kenapa harga-harga barang meroket. Justru tak ada sama sekali.
Buku ini berisi kumpulan 86 tulisan refleksi kehidupan memberikan banyak pelajaran dan pegangan kita dalam meniti kehidupan dan menyikapi sebuah permasalahan. Tulisan yang sederhana dan tidak menggurui sangat cocok digunakan sebagai asupan rohani dalam kondisi keterpurukan.
Dari buku ini kita akan selalu diajak meraba kedalam hati setiap memaknai hidup. Tak ada yang abadi termasuk kesusahan itu sendiri. Tak perlu merasa sedih dan paling merugi di tengah kondisi carut marutnya bangsa kita, apalagi jika sampai mematahkan semangat dan meruntuhkan dinding optimisme. Karena kita tidak sendiri, semua beban dipikul oleh seluruh bangsa kita. Bahkan kakek tua penjaga palang pintu kereta api tak pernah mengabarkan kepada dunia melalui status facebook dan twitter tentang kemiskinannya. Toh kita masih lebih baik daripada mereka dapat menikmati kecanggihan gadget terbaru, pakaian yang pantas serta makanan yang lebih enak.
Bangkit dan katakan kepada pada diri sendiri, “esok matahari masih akan menyapa pagi”. Hibur diri kita dengan motivasi ilahiah dari kitab suci (hal 50). Karena seringkali kita lupa bahwasannya ada kuasa Tuhan dibalik semua ini. Bisa jadi kita tidak tahu, dalam kesulitan Allah akan menghendaki kebaikan bagi kita. “Kesusahan sebenarnya seperti kita di atas sebuah per”. Semakin kita tertekan ke bawah seolah kita semakin terjerembab dalam kesusahan, semakin tinggi puncak kebahagiaan yang akan kita capai. Kita tak akan bisa merasakan nikmatnya makanan kecuali dalam keadaan lapar. Dan semakin kita merasakan lapar, maka makanan sederhanapun akan terasa semakin nikmat. (hal 86)
Sayangnya, daftar isi tulisannya tidak dibuat per-bab untuk tulisan yang masih dalam satu tema. Sehingga terkesan melompat-lompat dari satu pembahasan ke pembasan lainnya dan kembali lagi pada pembahasan sebelumnya. Misalnya bab tentang motivasi keluarga, motivasi akhlak, motivasi harta, motivasi hati, motivasi syukur dan banyak motivasi bidang lain yang akan kita dapatkan dari buku ini. Termasuk juga beberapa bagian editingnya yang masih kurang rapi.
Meskipun begitu buku ini sangat cocok menemani kita apalagi pas pada moment bulan Ramadhan untuk mengembalikan kita kepada kefitrahan hati. Sehingga pada saatnya, kemungkinan-kemungkinan melonjaknya lagi harga barang menjelang lebaran, kita telah menyiapkan segumpal hati penuh kesyukuran untuk menyambut kemenangan kita di hadapan sang Khalik, bukan di hadapan manusia[.]

Detail Buku
Judul Buku : Meniti Kehidupan Agung
Penulis : Rafif Amir Ahnaf
Penerbit : Cahaya Pustaka, Sidoarjo
Tahun Terbit : Cetakan 1, Mei 2013
ISBN : -
Harga : Rp. 23.500
Cover Buku Meniti Kehidupan Agung

No comments:

Post a Comment

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog