Saturday, July 07, 2012

Ajakan Menyelamatkan Orang Utan

Astaghfirullah aku tertidur lama sekali...
Apa kabar semua? :D

Dimuat di harian nasional Koran Jakarta, Senin 02 Juli 2012
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/94613

Ajakan Menyelamatkan Orang Utan

Masih segar dalam ingatan beberapa waktu lalu masyarakat dikejutkan berbagai pemberitaan mengenai pembantaian orang utan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan pribadi. Berita tersebut akan terbawa ketika membaca buku PING!: A Message from Borneo.

Buku ini mengisahkan seorang gadis penyayang binatang, Molly, yang nekat pergi sendiri ke hutan Borneo menemui teman-teman bulenya untuk meneliti orang utan yang hampir punah. Misi penyelamatannya pun terhalang oleh Archie, sahabat SMA Molly, yang ayahnya pemilik lahan perkebunan sawit terbesar di Kalimantan.

Pengusaha sawit ini sering membakar hutan belantara untuk memperluas lahan dan menganggap satwa orang utan sebagai pengganggu. Tak ayal primata itu pun sering menjadi korban perluasan lahan sawit.

PING! Anak orang utan yang ibunya menjadi korban keberingasan para pemburunya harus berjuang dan bertahan hidup sendiri di tengah hutan liar. Beruntung dia masih bertemu dengan Jong yang baik hati untuk berbagi kasih dengannya. Jong memberi makan, kasih sayang, dan kehangatan pelukan yang selalu Ping rindukan setiap malam.

Namun, kebahagiaan Ping tidak seberapa lama. Meski dia kini lebih aman dengan keluarga barunya, itu tak lantas menjamin keselamatannya. Nasib Ping dan ibu barunya tak berbeda dengan orang tuanya dulu, sementara Ping benar-benar hidup sendiri dengan berbagai ilmu yang didapat dari kedua ibunya walau pada akhirnya dia pun terperangkap dalam kurungan besi yang paling menakutkan bagi semua orang utan.

Dalam buku ini, pembaca juga bisa memperoleh berbagai pengetahuan tentang orang utan. Mungkin tak banyak orang tahu kehidupan orang utan yang sebenarnya di dalam hutan liar. Salah satu penulisnya, Shabrina WS, yang memang aslinya pecinta fabel menceritakan detail bagaimana mereka hidup berpindah-pindah dari satu dahan ke dahan lainnya mencari tempat istirahat yang layak dan aman. Setiap senja mereka harus membuat sarang-sarang baru di pohon yang berbeda untuk mengecoh dan menghindar dari incaran musuh dan para pemburu liar.

Membaca buku ini masyarakat seakan dibawa ke hutan sebenarnya untuk melihat kebiasaan-kebiasaan orang utan, cara mereka ketika tidur, mengunyah, minum, berayun dari ranting ke ranting, membuang kotoran, dan alasan orang utan perlu makan tanah untuk mengusir racun (hlm 45 alinea 4).

Pembaca juga bisa mengetahui alasan orang utan jantan melolong yang ternyata untuk menunjukkan keperkasaannya. "Hanya orang utan dewasa yang bisa bersuara sekeras itu. Mereka begitu karena ingin memberi tahu pejantan lain daerah kekuasaannya," jawab ibuku waktu itu (hlm 23 alinea 3).

Melihat cover, sekilas pembaca akan mengira buku ini fiksi anak-anak. Namun, sesungguhnya ini adalah novel remaja. Berbeda dengan Shabrina yang lebih fokus pada fabelnya menceritakan sosok Ping, Riawani Elyta yang memang novelis menceritakan kehidupan Molly sebagai manusia sehingga mampu menghidupkan keremajaan novel ini dari sisi fiksinya dan bumbu kisah asmara.

Buku ini bagus untuk mengingatkan masyarakat agar mencintai dan melestarikan orang utan yang semakin minim jumlahnya. Hanya bagian akhir lebih mudah ditebak dan kekurangan pada editing di halaman 31. "Sejak awal perjalanan lagi," kata lagi lebih pas menggunakan kata tadi untuk kesesuaian dengan paragraf sebelumnya.

Uniknya, meskipun buku ini ditulis dua orang dengan jarak bermil-mil di antara mereka, kedua penulis mampu bersatu dan tetap konsisten dengan karakter masing-masing. Pembaca juga mudah mendeteksi mana tulisan Shabrina dan mana yang merupakan buah pikir Riawani Elyta. Namun, keduanya tetap memiliki "misi" yang sama: menyelamatkan orang utan.

Diresensi Unun Triwidana

Judul Buku : PING!: A Message from Borneo
Penulis : Riawani Elyta & Shabrina WS
Genre : Remaja
Penerbit : Bentang Belia, Yogyakarta
Cetakan I : Maret 2012
Tebal : X 139 halaman




2 comments:

  1. wih keren neh,, banyak informasi dan motivasi blog walking sore ini,,,salam kenal gan...

    ReplyDelete
  2. Ternyata ini buku remaja tokh. Jadi paham nih setelah baca resensinya Mba Nunu..Remaja memang harus perduli sama hewan langka seperti orang utan!! Oya Mba, biasanya syarat nulis resensi di media cetak itu sampai berapa halaman..?

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog