Thursday, December 22, 2011

Ciamis Manis, Aku ingin Kembali

Foto diambil di depan stasiun Kiara Condong, Ciamis, Jawa Barat
Kami sampai di Ciamis sekitar pukul 12 malam, hampir 15 Jam Perjalanan dari surabaya dengan kondisi HP-ku mati plus terlantar. Ups, diterlantarkan kenek "sarap". Lengkap! Satu-satunya nomor panitia yang kupunya tersimpan didalamnya. Beruntung sejak masih dikereta, aku meminta ibu mencatat nomor kak Indra.

Sesampai di kwarcab kami disambut baik oleh kakak-kakak dari Dewan Kerja Cabang Gerakan Pramuka KwarCab Ciamis. Bertemu sahabat baru, keluarga baru yang akan memberikan pengalaman dan warna baru dalam hidupku. Subhanalloh, mereka semua dengan sabar menunggui dan menanti kedatangan kami. Padahal kami tau, mereka semua juga pada capek mempersiapkan acara besoknya.

Belum puas berlama-lama di Sekretariat kami di bawa kesebuah penginapan. Ups! Maksudnya diantar. Padahal kami ingin menikmati tidur bersama-sama dengan kawan-kawan di sini, tidur di barak. Selain itu dibarak kan bisa lebih leluasa, bisa berfoto di setiap sudutnya. Hemm.. berhubung sayang sudah terlanjur dipesan kami hanya bisa berfoto-foto di penginapan, dan yang tidak kesampaian foto di depan papan nama Gedung Pramuka :( Huh! Nyesel. Kak Indraaaaaaaaa bawa aku lagi kesana. hehehhehe

Ciamis; Muka capek dan terlantar

Empat Salat Jadi satu Waktu
Aku sendiri juga belum tahu ada hukum salat seperti itu. Yang menjadi pedoman kami bahwa shalat itu wajib, tidak boleh ditinggalkan! Jujur kami tidak bisa shalat dalam kereta, ataupun sejenak mampir ke Masjid/Mushola ketika transit di stasiun, karena kami memang mengejar bis terkhir di bawah guyuran hujan. Dan kami yang sedari tadi di tengah jalan dengan berbagai kondisi belum menunaikan shalat dhuhur, ashar, maghrib dan isya' menjamak semua shalat dalam satu waktu akhir di penginapan. Karena aku takut suatu saat kakak menyobek TKK Shalatku lagi gara-gara aku tidak shalat lima waktu. hehehe Diingatkan teh Indari saat bertemu pertama kalinya (Lho?! kok takut kakak bukannya takut kepada Alloh, penasaran? baca I am Proud To Be Scout).

Tau, tidak. Sholat malam dan sholat subuh kami beda lho hadapnya. Ini karena kami bingung. Sebelum sholat sempat bersitegang sama ibu tapi tanpa membawa parang, kemana sholat kami harus menghadap. Secara, selama pengalamanku nginep di hotel pasti ada petunjuk arah minimal satu arah, barat. Mau nanya orang, hotel sudah sepi. Apalagi ketika kami sms teman-teman panitia, ga ada jawaban. Biasalah operator yang suka trouble. Sehingga kami menghadap sesuai dengan keyakinan kami. Namun, ketika sholat subuh kami berubah keyakinan bahwa barat menghadap kepintu, eh malah salah setelah siangnya sholat di mushola.

Kondisi kamar mandinya bersih

Menu sarapan nasi gorengnya ikutan manis :p

Sudut kamar perempuan, cerentelan hahaha

Kenapa Kamar No 13 Jadi nomor 12 A

Tiba-tiba kami baru sadar kalo kamar yang ku tempati dan ibu nomor 11, sampingnya 12 sudah ditempati manusia (positif thingking karena malam bo!). Dan sebelahnya paling ujung harusnya menjadi nomor 13, ternyata bernomor 12 A. Kenapa? Benarkah setiap kamar hotel/rumah sakit yang bernomor 13 itu misteri dan harus dikosongkan? atau disiasati seperti hotel ini dengan menggantinya dengan nomor 12 A. I don't Know. Tapi katanya ini sudah menjadi issue international, dan yang pasti di hotel ini kita menjumpai demikian. Beruntung bukan aku dan ibu, tapi Riu. Satu-satunya teman perjalanan yang paling ganteng sendiri, tapi kalo ada suamiku masih kalah ganteng sih sama suamiku. hehehhe piis Riu

Front Office Hotel

Ciamis Manis, Aku ingin Kembali

Ternyata Ciamis itu Manis ya, aku baru tahu itu. Maklum teman, ini baru pertama kalinya kami ke Ciamis. Itupun aku tanpa sengaja baca pada sebuah monument di ujung pertigaan jalan ketika menuju penginapan. Tapi, tidak termasuk tehnya lho. Hehehe. Kalo di Ciamis namanya Teh pasti tawar, air teh. Kalau mau teh manis, harus bilang teh manis. Tepi beda kalo teteh mah di Ciamis manis-manis. Heuheuheu

Makanannyapun agak sedikit berbeda, ada sih beberapa yang sama. Seperti kalu di tempatku ada jajanan klanting yang biasa orang bilang cenil, ada othe-othe, cireng dsb. Tapi yang menjadi pembeda semua makanan disini pakai bungkus plastik, saya belum melihat ada bungkus daun pisanng. Mungkin ini sebagian masukan, bahwa bungkus makanan daun pisang lebih aman dan ramah lingkungan daripada plastik ataupun kertas

Karena tabiat narsis kami tidak terlaksana, esoknya pagi-pagi sekali kami jalan-jalan ke stasiun yang ternyata dekat dengan penginapan.

Kotanya asyik, bersih dan bebas polusi. Jauuuuuuuuuuhh banget dengan di Surabaya yang setiap hari bau knalpot kendaraan. Tapi parah, tetep narsisnya nggak ketulungan. Disetiap papan nama yang ada ciamisnya langsung pasang badan dan muka foto. heeeeeeeeemmm... Tapi, aku masih belum puas di Ciamis. Suatu saat aku pasti kembali[.]

No comments:

Post a Comment

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog