Sunday, August 19, 2012

Norak-norak Mengudara (StoryCake For Ramadhan Part 4)










 
Di tengah jalan, HP saya bergetar. Dengan membonceng seorang ibu dan anak balita yang atraktif diatas motor membuat saya kesusahan untuk mengangkatnya. Akhirnya saya menepi tapi getaran itu sudah hilang. Saya menelpon balik nomer yang memanggil tadi, rupanya masuk Customer Service. Mungkin ini konfirmasi proposal kemarin, begitu pikir saya.

Benar, itu panggilan dari Radio Suara Muslim Surabaya yang lebih di kenal dengan Sham FM. Singkat cerita mereka meminta IIDN Jawa Timur ikut on air dalam acara talk show program Hobby dan Kreasi. Karena bassic komunitas kami yang penulis dan konsern bagi Ibu Rumah Tangga, pihak radio mengambil tema “Hobby Menulis bagi Ibu Rumah Tangga” pada hari minggu 12 Agustus 2012 pukul 09.00-10.00 full 1 jam.

Wow.. saya terperangah. Saya sendiri pernah on air sekali, itupun dengan pengalaman yang tidak mengenakkan karena hanya via HP, dan itu pernah saya ceritakn disini. Tapi, bagi komunitas IIDN yang kemudinya saya kendalikan sejak epat bulan lalu, ini baru yang pertama kali apalagi acara Talk Show atau interaktif dengan pendengar. Saya langsung mengiyakan dengan berbagai syarat yang telah kami sepakati.

Tapi masalahnya saya benar-benar tidak tahu dimana alamat studionya. Nama radionya saja lupa-lupa ingat waktu itu, karena yang mengirim proposal bukan saya sendiri, atas bantuan mbak Tri Nurhidayati. Mau bilang apa adanya, enggak enak sama suara di seberang sana yang ternyata direkturnya langsung. Apa boleh buat, ternyata keder juga bilang terus terang itu. Ketahuan banget enggak pernah dengerin radionya. Aslinya sering mendengarkan tapi tidak pernah tahu namanya. Lha wong ketika habis Subuh saya selalu mendengarkan lantunan Al-Ma’tsurot dari sebuah radio. Dan setelah saya cocokkan gelombangnya 93,8 FM, ternyata itu merupakan program siaran Sham FM ini. Hihihi Kalau malampun, pengantar tidur kami juga mendengarkan lantunan murotal yang diputar Sham FM, dan terbangun tengah malam tepat ketika program siaran Qiyamul Lail yang sampai sekarang entah saya belum pernah tahu itu dari masjid mana. Tapi saya suka bacaan suratnya yang panjang-panjang bahkan sampai misek-misek imamnya. Bikin saya terharu. :D

Hari H Mengudara saya sampai rela nggak tidur lagi habis subuh, bahkan takut untuk tidur karena seringnya kebablasan. Nggak lucu dong kalau saya telat siaran. Apalagi membawa teman-teman komunitas yang sudah kami ramu 7 orang harus dipangkas 4 orang setelah konfirmasi dari sang produser kemarin harinya, ruangan studio memang sempit bahkan mikrofon untuk siaran harusnya untuk tiga orang, sampai diambilkan mikrofon dadakan :D.

Pukul 8 saya sudah sampai di Darmo-Surabaya. Saya berhenti sebentar. Teringat, belum mengonfirmasi teman-teman dan memastikan mereka juga tidak akan terlambat. Setelah beres saya baru melanjutkan perjalanan. Kali ini tidak langsung masuk ke studio tapi survei lokasi terlebih dahulu dan mengirim ancer-ancernya ke tiga rekan IIDN lainnya. Dan lebih memilih menunggu mereka di luar, di sebuah dudukan garasi yang sedang tutup. Enak-enakin fb-an dan smsan dengan teman-teman tiba-tiba ada bapak-bapak yang menghampiri saya dengan gaya SKSDnya menyapa saya.

“Mbak lagi nunggu yaa”

Saya pikir bapak-bapak itu pemilik garasi dan mau membuka lapak. Saya baik-baikin dengan senyam-senyum supaya saya tidak diusirnya. Rupanya saya salah. Dengan muka rada bertanya-tanya saya menatap dia, lalu apa maksudnya nyamperin saya. Bahkan menurut ceritanya dia sampai berbelok arah karena melihat saya menunggu disini. Kalau disamperin si Dude Herlino sih wajar –

“Saya Wahyudi mbak, teman/suami/kakaknya *(lupa saya pokoknya salah satu) mbak,, Istianah... Masak lupa sama saya”

Ha? Istianah yang mana? Pikir saya. Apa yang dikatakan mbak Shabrina semalam, perasaannya namanya Isnah deh. Dan salahnya saya, saya membenarkan nama mbak Isnah (beneran! jangan pernah melakukan ini, jika memang yakin tidak kenal). Dia langsung membenarkan.

“Iya mbak Isnah mbak, masak lupa. Yang pernah ketemu sama sampean waktu itu”

Curiga deh, masak nyebutin nama teman dekatnya saja lupa. Dan saya benar-benar tidak ingat sama sekali dengan orang ini. Rupanya dekil, seperti kuli bangunan. Sementara mbak Isnah, meski ibu-ibu mukanya terawat dan cute abis.

Bapak-bapak itu pamit tapi sebentar kemudian dia kembali lagi dengan menyodorkan uang dua ratus ribu untuk tuker uang dengan lima puluh ribuan. Entah kenapa saya spontan menjawab tidak ada, meski dalam tas ada uang IIDN untuk acara sore harinya. Rupanya bapak-bapak itu tidak percaya. Dikiranya dengan penampilan saya yang ala hijabers itu banyak duit di dompet. Aha, saya terpaksa benar-benar membuka dompet yang memang isinya hanya dua ribuan.

“itu didalam mbak...”

Masya Allah bener-bener deh kelewatan banget nie bapak, sampai saya sebel.

"Mau bapak saya tuker dengan uang dua ribuan?"

Beruntung sms mbak Afin masuk yang mengabarkan sudah di dalam studio. Saya langsung pamit dan bapak-bapak itu kecewa dengan mengatakan, “ya sudah mbak tak tukerkan di Pom Bensi saja”

Mampus lo!

"Ya pak ke Pom saja," pungkas saya dan berlalu

Huaa bener-bener parno orang-orang yang beginian, harus hati-hati menjelang lebaran. Sayapun nggak tahu tiba-tiba keingat, seandainya saya tadi nukerin dan uang itu palsu. Mungkin saya gulung-gulung di dalam studio menceritakan hal ini kepada mbak Afin dkk.
Sampai di studio saya cipika-cipiki dengan mbak Afin, yang merupakan kopdar kedua kalinya ini. Kami berdua langsung membeber buku-buku yang kami bawa. Subhanalloh dia produktif sekali, bener-bener iri saya. Padahal dia ibu dua anak yang diurus sendiri, juga termasuk pegawai yang bisa menyisihkan waktunya dengan baik untuk menulis. Sementara saya? HiksL belum apa-apa sama sekali.

Tepat mau masuk dapur studio, personil kami sudah lengkap; saya, mbak Afin, mbak Ria, dan mbak Nita duduk menghadap penyiar yang telah kami kenal sebelum bernama mbak Aisy. Seru dan heboh suasana studio, apalagi dengan ibu-ibu super di sisi kiri-kanan saya. Energi mereka luar biasa menjawab satu per satu pertanyaan penyiar. Apalagi berinteraksi dengan pendengar yang mendengarkan suaranya langsung dari mikrofon. Kebanyak mereka bertanya tentang ke IIDN-an dan caranya bergabung. Sebenarnya mudah saja, tinggal searching di Facebook dengan nama Ibu-ibu Doyan Nulis - Interaktif dan bikin request.

Bahkan ada beberapa dari mereka yang mengaku memang senang menulis namun masih malu untuk mempublikasikan karya. Padahal ada banyak cara untuk mempublikasikan karya kita, lewat media, koran, majalah, blog, facebook atau bahkan jika masih malu-malu disodorkan ke sahabat terpercayapun bisa. Minimal ada yang membaca karya kita. Darimana kita tahu kemampuan menulis kita kalau karya kita tidak pernah dibaca orang? Dari sana akan kita dapat berbagai respon, mulai dari acungan jempol, sampai gebrakan meja di meja eksekusi “bedah karya”. Itupun bukan sebagai ancaman, justru cambukan yang akan meruncingkan mata pena kita.

Pembicaraan interaktif itupun diakhiri dengan salam, ya tentu sajalah. Maksudnya sebelum itu, dari IIDN diberi kesempatan itu mempublikasikan kegiatan Ramadhannya yang bertajuk “StoryCake For Ramadhan” di panti Asuhan Rahmatallil’alamin pada sore harinya. Berujung mempublikasikan nomor HP saya, hingga berkali-kali bergetar oleh sekedar misscall-an atau sms yang isinya keluhan. Saya jadi trauma menjawabnya, mengingat bapak-bapak yang nyamperin saya sebelum siara dengan mengait-ngaitkan banyaknya spam email yang isinya hampir mirip, ujung-ujungnya minta bantuan materiil. Hihihi. Benar-benar hidup harus waspada[.]


1 comment:

  1. Ngomongin makanan bikin semangat browsing lagi nih, untuk sobat yang lain da bingkisan browsing resep dari berbagai benua;
    Masakan Afrika
    Masakan Asia
    Masakan Daerah
    Masakan Eropa
    Masakan Timur Tengah

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog