Wednesday, September 12, 2012

Harusnya Masjid itu Berkubah


Belajar di FLP Sidoarjo membuat saya seperti menjelma menjadi mahasiswa kembali. Enggak pernah nggak ada tugas, walaupun cuma satu atau dua lembar. Itupun rentang waktu dua minggu sekali, hihihi nggak terlalu memberatkan kan?! Tapi efek syndrom home worknya mahasiswa tetep aja kebawa, ngumpulin kalau sudah di tagih sama dosennya :D hihihi. Dan postingan ini termasuk salah satu tugas dari FLP Sidoarjo ketika nonton bareng awal Ramadhan lalu. Baca yaa...
suasana nobar dan ruang kelas kami yang begitu sederhana. Courtesy : FLP Sidoarjo

Harusnya Masjid itu Berkubah
Sebuah Review film by Nunu El Fasa

Fakta Memalukan: Film ini sudah 8 tahun lalu rilis, tapi saya baru pertama kali nonton ketika nobar dengan FLP Sidoarjo Ramadhan lalu :D

Ilustrasi diambil dari sini

Realitas kehidupan yang terjadi di sebuah pasar kota Jakarta, selalu identik dengan masyarakat kelas menengah ke bawah. Meskipun dalam masyarakat kita tingkatan kasta-kasta itu tidak pernah ada, melihat realita dalam Film ini penonton bisa mengartikannya sendiri dari bebagai kondisinya yang kumuh, rumah tak bertembok, masjid tanpa kubah, atau bahkan ketika melihat Film ini kita juga bisa mencium bau anyir dari telur-telur pecah atau dari kubangan-kubangan bebek yang ada. Semua terekam dalam Film berdurasi 92 menit ini dalam satu tema:  Kerinduan.

Di awal durasi, film ini seperti puzzle yang terpecah dan bercerai berai. Penikmat film tidak akan bisa memaknai jika tidak melihat secara keseluruhan cerita. Karena film ini menggambarkan beberapa kerinduan yang diekspresikan pemain-pemainnya dengan beragam cara yang mereka perankan. Sehingga saya yang awalnya mengira Rindu adalah tokoh utamanya, justru tidak bisa menemukan siapa sebenarnya tokoh utama dalam Film ini. Namun sebagai garis besar, film ini memiliki tiga cerita utama sebagai berikut :

Rindu, gadis bisu yang masih bisa bicara tapi dengan aksen pelo (bicara tidak jelas) ini menjadi pembuka Film melalui prolognya menceritakan sosok teman-temannya satu persatu. Dia begitu merindukan kakaknya sebagai pembuat kubah yang sedang merantau karena penggusuran. Hari-hari dia menantikan kepulangan kakaknya dia lampiaskan dengan menggambar masjid tanpa kubah. Satu-satunya hal yang dia ingat dari kakaknya adalah lagu Rindu Kami PadaMu sebagai soundtrack dalam film ini yang pernah diajarkan oleh kakanya.

Asih, dia merindukan sosok Ibu yang pernah pergi meninggalkannya. Dia selalu berharap ibunya pulang dan sholat di sampingnya, sehingga Asih tidak pernah lupa membentangkan dua sajadah untuknya dan satu sajadah kosong untuk ibunya. Dia tidak pernah menggubris nasehat pak Bagja, pengelola dan guru di masjid agar menjaga jarak shaf solat agar tidak ditempati syetan. Asih malah ngelonyor pergi.

Jika Asih masih memiliki dan mengharapkan kehadiran ibunya, berbeda dengan Bimo yang juga merindukan seorang ibu. Bimo yang selama ini di rawat oleh kakanya Seno justru mengharapkan Cantik, sebagai pengganti ibunya. Dia bela-belain mencuri telur dagangan kakaknya yang disembunyikan kedalam saku celananya hingga pecah, agar bisa membuatkan mie dan telur rebus buat cantik. Dia begitu sayang kepada cewek yang dia panggil “Ibu” dan ngekos dekat pasar, hingga membuat putus hubungan pacar, karena dikira anaknya beneran.

Sosok Rindu, Asih dan Bimo, diambil dari sini
Film ini unik, kalau boleh saya bilang inilah film abstrak. Meskipun memiliki tiga main story yang masing-masing berdiri sendiri, secara film keseluruhan menjadi cerita yang utuh. Namun ketika saya mulai memecah puzle-puzle main storynya, ternyata juga memiliki beberapa sub story yang terperan dalam main story diatas, tapi masih dalam satu tema Kerinduan yang sama seperti :

Pak Bagja, jika Rindu merindukan kakaknya si pembuat kubah. Justru pak Bagja ini yang merindukan masjid tak berkubah yang berada ditengah-tengah pasar itu segera memiliki kubah. Sehingga seringkali pak Bagja menemukan sarang burung-burung liar di sekitar pasar yang memanfaatkan tempat kubah itu sebagai sarang telur, hingga anak-anaknya menetas. Bahkan acap kali pak Bagja melihat Rindu yang menggambar masjid tanpa kubah, tidak bisa mengontrol perasaan sedihnya dan menakankan, “Masjid ini memang tidak berkubah, tapi masjid yang sebenarnya itu memiliki Kubah.” Hingga tanpa sadar emosinalnya membuat Rindu kabur karena teringat kakaknya.
Sosok Pak Bagja dan Pak Sabeni, diambil dari sini

Juga tentang cerita pak Sabeni, ayah dari Asih yang ditinggal istrinya karena kelakuan masa lalunya itu juga menunggu kehadiran sosok istrinya. Kerinduan yang di tunjukkan pak Sabeni, setiap hari dia selalu menyediakan segelas teh pada tempat duduk kosong ketika pak Sabeni minum teh di ruang tamu mereka.

Uni, seorang janda yang hidup sebatangkara itu merindukan keluarga dan sosok suami. Sehingga Asih yang juga hidup sebatang kara karena terpisah dengan kakaknya akibat penggusuran itu dianggap sebagai anak asuhnya sendiri.

Seno, melihat ulah bimo memberi stempel Love pada telur
Seno, kakak Bimo si penjual telur. Diusianya yang mulai dewasa, Seno merindukan jodoh yang selama ini tak kunjung menghampirinya. Diam-diam ternyata Seno mendambakan Cantik. Di sisi lain sifatnya yang pemalu karena sikap Bimo terhadap Cantik membuat dia semakin menyembunyikan perasaannya.

Secara umum begitulah gambaran cerita dalam film ini. Namun dari keseluruhan kisah diatas, ada runutan cerita yang menyatukannya sehingga syarat pesan yang ingin disampaikan: sebagai contoh kenapa masjid mereka sampai tidak memiliki kubah? Inilah gambaran masyarakat kita, kaum berada memang lebih memilih menyepuh emas berentet-rentet di leher, jari, lengan, telinga dan pergelangan kakinya daripada menyepuh kubah untuk masjidnya. Dan masih banyak lagi lainnya[.]

Cover Film Versi Terjemah dari sini

Cover Film Indonesia diambil dari sini




Tentang Film
Judul Film     : Rindu Kami PadaMu
Produser         : Teddy Ibrahim Anwar, Garin Nugroho
Sutradara       : Garin Nugroho
Penulis Skenario  : Garin Nugroho, Armantono
Pemeran         : Neno Warisman, Jaja Mihardja, Fauzi Baadilla, Nova Eliza, Didi Petet
Rilis                : Sabtu, 06 November 2004



12 comments:

  1. wah saya kok blom nonton film ini y a? atau udah tapi lupa? Hehehe .. tar beli ah moga2 ada dvd nya, bagus buat anak2 kayaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. recomended mbak kalau belum nonton.. eh download yang gratisan ada kok :D

      Delete
  2. kiraian foto diatas mau ada pengajian,,eh ternyata nonton bareng,,heheheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. soalna yang nonton perempuan semua yaa... hehehehhe.. temen-temen sendiri juga bilang kayak kumpulan pengajian :D

      Delete
  3. Iya, mbak. ada apa ya? Riu masih ada kok, cuma ngilang dikit. hehehe
    bisa sms gak? nomornya pean ilang di hpku. maaf...

    ReplyDelete
  4. wah aku blm ntn film ini. Nyari donlotannya ajalah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. googling aja... banyak bertebaran donlotannya :D

      Delete
  5. Saya juga baru tau film ini dari tulisan di atas. Sepertinya menarik ya...

    ReplyDelete
  6. Sepertinya menarik dan inspiratif ya filmnya? Tks infonya mbak Nunu, aq suka bgt nih film² kayak gini

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog