Sebuah Resensi buku bacaan saya
Membaca buku Sejuta Pelangi saat menunggu pesanan Pizza |
Ya, jika di buku sebelumnya Oki banyak menceritakan tentang liku-liku hidupnya serta kerja kerasnya untuk mencapai keberhasilan yang dia gambarkan sebagai Melukis sebuah keindahan Pelangi itu, di buku “Sejuta Pelangi” ini dia masih menceritakan tentang Pelangi juga. Namun, warna-warni yang dipancarkan Oki Setiana Dewi bukan hanya dari dirinya. Dia banyak menceritakan tentang orang-orang sekitar yang telah banyak memberikan inspirasi yang terangkum hanya dalam empat bab yang seirama, diantaranya; Bermimpilah Untuk Memeluk Bulan Sekalipun, Yang Benderang Seperti Bintang, Cinta Sehangat Mentari, Dan Pernik Cinta Oki Setiana Dewi.
Diawali dengan kisah luar biasa dari sahabat dekat Oki Setiana Dewi yang dengan IPK Cumlaudenya ternyata dia adalah siswa terbodoh ketika masih sekolah dasar. Siapa mengira, gadis lulusan S-2 yang diceritakan berhasil membuktikan kekuatan Man Jadda Wajadda*[1] ketika SMA. Disamping itu, kisah mbak Siwi, teman Oki Setiana Dewi lainnya yang selalu menggunakan kursi roda ketika kuliah, tak kalah luar biasa. Di tengah kekurangannya mbak Siwi masih tetap semangat menamatkan pendidikannya, padahal dia juga harus dibantu dengan alat perekam suara untuk memperlancar belajarnya karena kekurangan fisik pada tangannya yang tidak bisa mencatat. Tekadnya cuma satu, “Kalau aku ingin maju, aku harus mengejar ilmu”. (hal. 53)
Juga bagaimana seorang guru besar Oki mampu bertahan dengan penyakit ginjal yang setiap tiga minggu sekali harus menjalani cuci darah, masih ingin bermanfaat bagi orang lain ditengah sakitnya. Ditutup oleh kisah Muhammad Sandi Ramdana Akbar, si loper Koran berusia 12 tahun yang bermimpi menjadi presiden.
Saya suka sama cover ini :D, apalagi aksen kancing diatas itu bikin manis dan so cute. Sumber gambar : dari sini |
Di bab berikutnya Oki Setiana Dewi menceritakan tentang orang-orang yang hatinya seperti bintang (hal. 77). Orang-orang yang patut dijadikan contoh, dan menilai bahwa setiap manusia itu istimewa. (hal 87) Seperti kisah adik kandungnya Oki, Ria Yunita yang selalu ceria namun masih minder jika dibandingkankan dengan kedua kakaknya. Kisah si Rakan kecil yang bersemangat ibadah akan membuat pembaca semakin bercermin diri.
Dan yang paling menampar adalah kisah penjual kelontongan dengan duduk kursi rodanya yang di ceritakan teman Oki Setiana Dewi. Bapak paruh baya itu memangku barang dagangannya dan mengikatkannya di atas kursi roda. Namun, dengan kekayaan hatinya bapak itu mampu memberi selembar uang duapuluh ribuan kepada pengemis lain seraya berkata, “Bapak belum makan kan? Ini uang buat Bapak makan, sisanya untuk Bapak sarapan besok”. (hal. 105) Subhanalloh, padahal kita sebagai manusia yang lengkap fisiknya, jangankan uang duapuluh ribuan uang receh lima ratusan kadang masih pikir-pikir untuk dikeluarkan.
Lalu, kisah dari orang-orang terdekat; seperti ayah, ibu, adik, kakak…. dengan ketulusannya mampu mengalirkan cinta sehangat mentari yang mungkin tidak pernah kita sadari. Pembaca bisa belajar bagaimana menghargai kasih sayang mereka dengan cara yang paling sederhana yang bisa kita lakukan. Si Fikri yang selalu giat beribadah untuk mendoakan bapaknya yang telah tiada, menghargai masakan ibu, membalas sms atau bahkan menelepon ibu sesibuk apapun kodisinya, juga bagaimana seorang anak tetap bisa mencintai ayahnya, padahal dia harus membayar uang 50 juta kepada sang ayah agar mau menjadi wali nikah.
Dalam setiap kisah-kisahnya dia selalu menyelipkan catatan yang mengajak pembaca untuk melihat kedalam diri sendiri. Juga bagaimana keteladanan Rasulullah dan para sahabat mampu memotivasinya untuk melihat jauh dan mengambil makna dalam setiap kisah yang diceritakan. Sehingga akan banyak kita temukan, ayat-ayat Al-Quran dalam terjemahan, nukilan hadits, dan sirah Rasulullah dan para sahabat dalam buku ini.
Oki Setiana Dewi memintal dengan indah setiap kalimatnya. Ringan, mengalir, dan lincah seperti berbicara dengan Pembaca. Dia tidak hanya berkisah, kadang dia menjadikan tokoh itu sebagai dirinya seakan itu adalah kisahnya sendiri. Gradasi warna-warni yang nampak, bukan lagi tujuh warna. Ada suka, duka, semangat, senyum juga menebar cinta dalam menyingkap hikmah. Jauh berbeda dengan buku sebelumnya yang mungkin banyak orang mencibir keberhasilannya dalam dunia kepenulisan karena sosok dia sebagai artis, tapi di buku ini sisi keartisannya sama sekali tidak nampak. Justru menguatkan sosok dia sebagai salah satu penulis berbakat yang dimiliki Indonesia[.]
Diresensi : Unun Triwidana, Korwil Ibu-Ibu Doyan Nulis Jatim dan anggota FLP Sidoarjo
Judul Buku : Sejuta Pelangi
Penulis : Oki Setiana Dewi
Penerbit : Mizania, Bandung
Tebal : 294 Halaman
Cetakan I : Februari 2012
ISBN : 978-602-9255-17-1
[1] Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil
aku suka bgt sm okki nih mb nunu..menurutku dia artis berbusana muslim terbaik deh..gk cm cantik wajah jg cantik hati tp jg smart..inspiratif bgt :)
ReplyDeletebener mbak... dia contoh ikon berbusana shar'i :D
Deletewah, kan semakin banyak ibu2 yg doyan nulis nih :)
ReplyDeletehehehe:D
Deletehampir beli buku ini di JBF kemarin, cuma batal :D
ReplyDeletepadahal udah ditumpuk tuh, sayang yah, ternyata isinya bagus?!
bisa beli online di webnya OSD mbak.. http://www.okisetianadewi.co.id bisa dapat ttdnya pula :D
Deletesedikit niar juga pernah baca bu nunu di perpus sekolahan, bagus banget, pingin pnya deh baru baca dikit :D
ReplyDeleteayo kerumah aku pinjemin niar :D
Deleteternyata Oki ini pinter menulis buku juga ya :)
ReplyDeletemalah sudah muncul buku ketiganya mbak :D
Deletesaya sangat bangga pada OKI... kereen..
ReplyDeleteidem:D
Deletepingen juga jadi penulis, tapi gak ada inspirasi,
ReplyDeletesolusinya dung?
solusi pertamanya dengan banyak membaca:D
Deletebagus resensinya bu...
ReplyDelete