"Kamu kok Belum Hamil?"
Entah jawaban seperti apa yang diharapkan dari si penanya. Memang kondisinya demikian. Adik ipar yang menikahnya baru 2 tahun, anaknya sudah berumur satu tahun. Logikanya memang aku sudah tersalip, bahkan oleh beberapa kawan yang baru saja menikah. Tapi salahnya dimana? Apakah hamil itu seperti Motto GP yang saling balap? Atau seperti antrian di pom bensin, siapa yang lebih dahulu menikah dia akan lebih dulu hamil?
Tidak.
Memang tidak. Hamil bukan semudah membuat kue, dibuat kapan dan bisa jadi seperti kue setelah proses pembuatan kue itu selesai. Tetapi hamil? Ada proses ilahi yang tidak disadari manusia. Itu yang orang bilang karunia. Dan mungkin belum saatnya saja karunia itu diberikan. Sehingga pertanyaan di atas itu hanya bisa dijawab oleh Yang Maha Pemberi Karunia?
Sayangnya tidak semua orang memahami setiap kondisi lawan bicara, maunya kita yang memahaminya. Mungkin bagi sebagian orang itu seperti pertanyaan biasa, tetapi bagi yang 2 tahun, 3 tahun, 7 tahun bahkan 15 tahun menanti momongan bisa menjadi hal sensitif. Saking seringnya pertanyaan tersebut, akan timbul 3 fase dalam diri ketika menghadapi kondisi ini:
Entah jawaban seperti apa yang diharapkan dari si penanya. Memang kondisinya demikian. Adik ipar yang menikahnya baru 2 tahun, anaknya sudah berumur satu tahun. Logikanya memang aku sudah tersalip, bahkan oleh beberapa kawan yang baru saja menikah. Tapi salahnya dimana? Apakah hamil itu seperti Motto GP yang saling balap? Atau seperti antrian di pom bensin, siapa yang lebih dahulu menikah dia akan lebih dulu hamil?
Tidak.
Memang tidak. Hamil bukan semudah membuat kue, dibuat kapan dan bisa jadi seperti kue setelah proses pembuatan kue itu selesai. Tetapi hamil? Ada proses ilahi yang tidak disadari manusia. Itu yang orang bilang karunia. Dan mungkin belum saatnya saja karunia itu diberikan. Sehingga pertanyaan di atas itu hanya bisa dijawab oleh Yang Maha Pemberi Karunia?
Sayangnya tidak semua orang memahami setiap kondisi lawan bicara, maunya kita yang memahaminya. Mungkin bagi sebagian orang itu seperti pertanyaan biasa, tetapi bagi yang 2 tahun, 3 tahun, 7 tahun bahkan 15 tahun menanti momongan bisa menjadi hal sensitif. Saking seringnya pertanyaan tersebut, akan timbul 3 fase dalam diri ketika menghadapi kondisi ini:
- Fase biasa: pertanyaan tersebut akan nampak biasa sehingga dengan mudah meladeni segala macam pertanyaan yang muncul. Karena pada dasarnya manusia tidak pernah merasa puas dengan sekali jawaban. Akan muncul pertanyaan-pertanyaan lain.
- Fase sensitif: dimana kondisi mulai jengah dengan segala macam pertanyaan serupa. Kadang jawaban-jawaban yang meluncur justru terkesan sinis. Pada fase ini seringkali timbul lupa diri bahwa yang mereka tanyakan bukan kepada diri ini, melainkan kepada Sang Pemberi Karunia. Jika aku juga meladeninya dengan sinis, bukankah kesinisanku juga kutujukan kepada-Nya? Akan tidak seimbang dengan doa-doa yang aku minta selama ini.
- Fase kebal: ini yang kusebut fase pasrah. Saking seringnya menerima pertanyaan serupa, pada daun telinga sudah mulai kapalan. Memang aku tidak bisa menemukan jawaban yang benar dari kamus manapun, tetapi setidaknya aku bisa memberikan senyumku, sehingga tak timbul pertanyaan-pertanyaan lainnya. Karena pada fase ini, aku mulai mencoba tidak memusatkan pikiran pada satu hal itu. Bukan karena putus asa, tawakkallah lebih tepatnya. Semua sudah kami serahkan pada Yang Memberi Karunia.