Sunday, May 11, 2014

Sri Tanjung, Kereta Fajar Menuju Yogyakarta

Kereta api Sri Tanjung Ekonomi Jurusan Yogyakarta (sumber)
Merencanakan traveling tentu tak lepas dari perencanaan moda transportasi yang digunakan. Semenjak peremajaan sistem dan pengelolaan yang dilakukan PT. KAI (Kereta Api Indonesia), moda kereta menjadi favorit masyarakat. Apalagi keberadaan kereta ekonomi yang seakan naik kelas, dari segi fasilitas dari pendingin sekedar memakai kipas hingga penggunaan mesin pendingin AC, dan pelarangan penjual kaki lima di atas kereta, membuat nyaman penumpangnya.

Termasuk ketika kami (aku dan suami) ke Jogja kemarin, kami menggunakan moda kereta api ekonomi. Harga murah dengan fasilitas yang (lebih dari) sebanding.

Sejak seminggu sebelum keberangkatan aku sudah memesan tiket kereta api via online jurusan Surabaya-Yogyakarta. Karena aku menggunakan yang ekonomi, tentu aku memilih stasiun tujuan di Lempuyangan. Menurut pengalaman pernah transit sebentar di Jogja, ada dua stasiun berbeda yaitu stasiun Tugu untuk kelas selain ekonomi, sementara stasiun Lempuyangan hanya untuk kereta ekonomi saja.

Kebetulan kereta yang jam keberangkatannya sesuai adalah Kereta Api Sri Tanjung, tanpa pikir aku langsung pilih saja. Apalagi harga tiket kereta api Sri Tanjung ini termasuk kereta mendapat subsidi dari pemerintah. Tarif harganya jauh-dekat, naik dari stasiun awal (Banyuwangi) atau di stasiun manapun menuju Yogyakarta tarifnya sama, 50.000 rupiah. Enggak tahunya kereta Sri Tanjung tujuan akhirnya memang di stasiun Lempuyangan di Yogyakarta.

Kami naik via Stasiun Gubeng, Surabaya pukul 13.45. Padahal kereta api Sri Tanjung sendiri berangkat dari Banyuwangi juga lewat Stasiun Sidoarjo. Merupakan kereta timur (fajar) yang menuju Yogyakarta. Kami baru tahu ketika berada di atas kereta ngobrol dengan penumpang kereta lain yang naik dari stasiun Pasuruan.

Entah kenapa pas mencari pilihan kereta aku enggak ngetik jurusan Sidoarjo-Yogyakarta. Kupikir setiap kereta jurusan akhirnya di Surabaya dan kalau ke kota timur seperti Banyuwangi kudu oper kereta lain. Kesotoyan tanpa mencari informasi yang jelas inilah yang membuat salah paham. Seandainya sejak awal tahu, enggak akan ada acara terburu-buru ngejar kereta. Mengingat perjalanan dari rumah ke stasiun Gubeng Surabaya memakan waktu satu jam. Berutung, kami tepat sampai di Gubeng saat kereta mau berangkat.

9 comments:

  1. bisa dijadikan pengalaman bagi yang lain kalau mau pesan tiket,
    cari informasi sebanyaknya :)

    ReplyDelete
  2. Sudah hampir 5 (lima) tahun saya tidak naik kereta api. Benarkah sekarang sudah tidak ada para penjual?

    ReplyDelete
  3. saya malah hampir 20 tahun nggak naik kereta api :)

    ReplyDelete
  4. Pengalaman berharga ya mbak.
    bagiku juga, karena sekarang jadi tahu, dan jangan sampai terjadi hal serupa. makasih..;)

    ReplyDelete
  5. Saya pernah mengalami hal yang kurleb sama, dan sdh menjadi sebuah cerita di postingan. Memang sangat penting sebuah rencana walau terlihat remeh

    ReplyDelete
  6. Saya paling senang naik kereta api, seru aj rasanya kmpul bnyak orang..

    ReplyDelete
  7. Jadi pelajaran buat ku juga nih Mbak, kadang suka kelewat gitu ya. Perasaannya uda ngetik eh rupanya belom. Ihik

    ReplyDelete
  8. dengan naik kereta api, kita bisa melihat Indonesia yang sebenarnya (alam dan masyarakatnya) :)

    ReplyDelete
  9. Wah saya jadi kangen naik kereta jarak jauh, selama ini paling sering cuma naik prameks, solo -jogja saja :D

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog