Saturday, May 31, 2014

Penjual Krupuk; Tolong Jangan Acuh pada Mereka

ilustrasi (sumber)
Salah satu hal yang membebani hatiku ketika pindah adalah penjual krupuk yang kerap lewat depan rumah kontrakan.

Krupuk bawang khas Sidoarjo, tahu kan? Juga berbagai krupuk lain untuk cemilan. Bukan krupuk-krupuk untuk pendamping lauk makan. Aku berpikir lebih sulit menjajakan krupuk cemilan daripada krupuk makan yang setiap hari orang butuh untuk makan setidaknya 3 kali sehari. Atau bahkan jika ingin lebih laris titip saja krupuk makan tersebut di warung nasi tabokan dan warung-warung lainnya.

Berbeda dengan krupuk cemilan, siapa yang doyan bisa dihitung jari. Dan tidak semua orang doyan cemilan krupuk, beragam cemilan lebih enak sudah bertebaran. Aku yakin, jika bukan orang yang mempunyai semangat tinggi tidak akan memilih pekerjaan ini, bisa jadi akan tersisihkan jika punya pilihan pekerjaan lainnya.

Penjualnya bukan orang kuat yang gigih perkasa. Melainkan kakek ringkih sambil jalan menuntun sepeda bergerobak. Entah sudah beratus kilo beliau mengayuh. Pernah kutanyakan rumahnya sekitaran Candi Sidoarjo yang otomatis itu cukup jauh dengan ditempuh motor, apalagi mengayuh sepeda? Sampai perumahan tempatku tinggal sudah petang, kadang habis maghrib, kadang juga larut jam 9 baru lewat. Kadang dengan isi gerobak kosong sisa satu atau dua bungkus, yang mampu kubeli semua dan membuat beliau lekas pulang. Kadang juga masih menggunung.

"Mbah, kok masih banyak?" Tanyaku perih.

Sudah hampir pukul 9 malam, akan sampai di rumah pukul berapa ya si Mbah. Gelisahku dalam hati. Lebih perih lagi tetanggaku cuek dan acuh. Setiap beliau lewat hampir tak ada yang memggubris. Si Mbah sudah hafal, akan berhenti setiap sampai depan rumah hingga aku keluar.

Pertamanya aku sampai mengejar karena mungkin pendengarannya sudah berkurang. Suara paraunya termakan usia mendengungkan dagangan tak berhenti dari ujung gang ke ujung gang. Tanpa melihat, aku yang masih warga baru mengenali bahwa penjualnya kakek-kakek. Tidak adakah yang mau membeli sekedar untuk penghias hati sekalipun sedang tidak minat dengan krupuknya?

Dan aku tak tahu, saat pintu rumah kontrakan yang kutinggalkan sudah terbuka oleh penghuni baru akankah kakek itu tetap berhenti dan mendapati kekecewaan jika nyatanya aku tidak pernah keluar lagi dari pintu rumah tersebut.

Duh, Allah memang sebaik-baik penggegam rezeki setiap manusia. Sudah tertakdir oleh Allah aku membeli kerupuknya ataupun tidak. Tapi aku tak akan pernah berhenti berpikir bahwa takdir rezeki kakek tersebut bisa jadi juga dititipkan kepadaku, kepada anda, dan kepada kita. Tolong, jangan acuhkan mereka.

25 comments:

  1. Semoga sang kakek penjual kerupuk diberi banyak rejeki.. In Shaa Allah ada pembeli di daerah yang beliau lalui. Amiiin..

    Ah.. Malem-malem jadi pengen mewek, Mbak.. :'(

    ReplyDelete
  2. Semoga penghuni kos-kosan yang baru juga penggemar kerupuk seperti sampean, Mbak.

    ReplyDelete
  3. hiks bikin aku nangis,,,mbak nunu nggak pamitan sih ke mbahnya,,mbah aku besok pindah,,,kalau mbah lewat sini,,insyaallah udah nggak ada aku,,,kalau rutenya mbah di bla bala bla mampir ke rumah baruku,,,aku udah disitu mbah,,,,,,kalau aku biasanya tak pamiti mbak sebelumnya orang2 seperti itu,,,

    ReplyDelete
  4. semoga pengguni kontrakn baru seperti mbk nunu...

    ReplyDelete
  5. wah memang sangat pantang menyerah sikap si kakek tersebut dalam menjual krupuknya :D perlu kita contoh

    ReplyDelete
  6. jadi terharu mbak bacanya.

    ReplyDelete
  7. semoga sang Kakek penjual kerupuk mendapatkan pelanggan tetap yang lainnya lagi...

    ReplyDelete
  8. Ada rasa iba yo, Mba. Udah sepuh semangatnya luar biasa.
    Kakek, tetap semangat untuk mengais rezeki, ya!

    ReplyDelete
  9. Aduh, Mbaaak.... Kasihan.... :'((

    Semoga si Mbah senantiasa diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mencari rezeki, aminnnn....

    ReplyDelete
  10. Kasihan mbak saya baca ceritanya... Semoga nanti penghuni baru seperti mbak yang membeli kerupuk kakek tadi. Meski sudah tua tetap berujuang mengais rezeki... generasi muda harus belajar sama kakek ini :)

    ReplyDelete
  11. Allah memang sebaik-baik penggengam rezeki setiap manusia mbak...trims sdh diingatkan untuk tdk melihat keatas terus mba..

    ReplyDelete
  12. Hiks.. sama dengan kakek yang dulu sering mulung di area tempat kami tinggal, hampir stiap pagi dia lewat depan rumahku, dan aku sudah menyiapkan banyak kardus bekas atau botol plastik yg aq pungut dari kantor. Tapi sekarang aku tungguin pun kakek itu ga pernah datang lagi, ntah kemana dia :'(, smoga dia mendapatkan rezeki yang lebih banyak di tempat yang lain.
    Dan semoga penghuni kontrakan mba Nunu yang baru bersifat sepertimu ya mba :)

    ReplyDelete
  13. klo saya yg jd penghuni barunya, pasti laku kerupuknya *penggemar kerupuk* :D

    ReplyDelete
  14. kadang memang kita perlu ya mbak , untuk membeli sesuatu yang tidak begitu perlu untuk kita, namun dengan niatan kita membantu dagangan seseorang agar laku, saya yakin kok, kita nanti akan mendapatkan ganti dengan rejeki yang lebih :)

    ReplyDelete
  15. Semoga penghuni barunya juga suka beli krupuk yg dijual si kakek ya mbak :)

    ReplyDelete
  16. Semoga kakek itu ttap sehat ....

    ReplyDelete
  17. Makasih...... cukup mengispirasi aku cerita ini....

    ReplyDelete
  18. Hmmm, tulisannya bagus Mbak. Dibuat cerpen saja :)

    ReplyDelete
  19. Di wajah tegar itulah kita bisa melihat arti hidup yang sebenarnya, penuh perjuangan...sangat menginspirasi Mbak :)

    ReplyDelete
  20. Mardhiah siregar
    Kisah sederhana yang sebenarnya seringa kita jumpai. Namun nilainya dapat banget melalui kisah mba Nunu. Terlebih yang membaca ingin ikut melakukan hal sama.

    ReplyDelete
  21. Kisah sederhana yang sebenarnya sering dijumpai. Tapi di sini nilainya lebih dapet dan yang baca juga jadi ingin melakukan hal yang sama Mba.
    Kakek hebat yang tak mau berpangku tangan.

    ReplyDelete
  22. Mardhiah siregar
    Kisah sederhana yang sebenarnya seringa kita jumpai. Namun nilainya dapat banget melalui kisah mba Nunu. Terlebih yang membaca ingin ikut melakukan hal sama.

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog