Saturday, April 12, 2014

Meta Hanindita: Bukan Karena Kartini Tak Melek Tekhnologi

Sosok Meta Hanindita

Ordinary girl with an ordinary blishfull life

Satu kalimat itu yang aku ingat dari Meta Hanindita. Sejak masih anak Friendster hingga menjadi facebooker, blogger hingga ia menjadi penulis dan kini adalah seorang istri yang juga berprofesi dokter, jargonnya berubah menjadi Naya's #1 fan, a wife to superman.

Buku pertamanya "MetaMorphosis" membuatku banyak mengenal siapa Meta. Si gadis (waktu itu) yang meskipun calon dokter (waktu itu) dan seorang penyiar radio (sampai sekarang kayaknya) tetap menjadi sosok yang sederhana (ordinary) dan lincah. Membayangkan kuliah dokter ditambah jadwal siaran yang kuingat Meta tak hanya di satu radio saja, dari subuh sebelum pukul 5 pagi dan siaran kembali malam-malam pengantar tidur pendengar, tapi ia masih bisa menyempatkan waktu buat teman-temannya. Sosok yang humble, care dengan disiplin waktu yang ia terapkan.

Aku ingat bagaimana pertama kali bertemu Meta, aku dan beberapa orang yang kerap ngobrol panjang dan gak jelas di status Meta mendatangi radio saat ia siarannya. Orangnya seru, apa adanya dan mirip dengan apa yang kubaca di buku.

Meta yang kini sudah berkeluarga dan memiliki Naya (anaknya), tak berbeda jauh ketika ia masih gadis. Meski kesibukannya terus bertambah dengan karier dokternya, ia masih eksis menjadi blogger. Tapi itu tak membuat Meta mengesanpingkan perannya sebagai Ibu dari Naya. Terbukti dari isi blognya, banyak berkisah bagaimana ia berusaha Naya tetap dibawah pengasuhannya. Mulai dari bayi, Naya diberikan ASI ekslusif sampai jalan 3 tahun usianya Meta begitu berperan tahu mana yang baik bagi perkembangan Naya.
Ilustrasi
Hal ini dapat dibaca pada postingan Meta berjudul Naya dan Gadget. Bagaimana Naya tak dibiarkan jadi ketergantungan dengan Gadget seperti anak usia lainnya. Aku sepakat, ini bukan perkara mampu beli atau tidak. Bagi kedua orang tua Naya yang seorang dokter tentu sangat amat mampu bagi Meta membelikan Naya. Juga bukan bagaimana Meta tak melek tekhnologi lantas membatasi anaknya dengan gadget. Tapi inilah alasan Meta:
Saya pribadi termasuk pada golongan mereka yang memilih tidak memberikan gadget pada anak. Saya percaya, bahwa di tahun-tahun awal kehidupannya, yang lebih Naya butuhkan adalah interaksi positif, bonding, dan stimulasi yang -lagi-lagi- diberikan oleh orangtua serta keluarga dekat.
Seperti kita tahu, Gadget sekarang tak kenal umur. Bisa jadi balita umur 3 tahun lebih melek gadget ketimbangan aku. Hal ini karena tawaran games yang begitu menarik. Dengan berbagai dalih, anak belajar dari permainan gagdet, bermain huruf, angka, sampai warna. Segitukah peran gadget sekarang? Bagi Meta ia memiliki cara tersendiri tanpa harus dengan gadget.
Saya harus membuat sesuatu untuk memperkenalkan warna dengan cara lebih menarik. Saya ingat waktu Naya bayi, saya sering bercerita padanya mengenai warna. Visualisasinya saya pakai kertas warna biasa dan boneka jari. Buktinya, Naya tertarik juga kok:) Saya masih ingat gelak tawanya waktu itu. Bonusnya, bonding antara Naya dengan saya lebih kuat. Menurut saya, menjalin bonding dengan Naya adalah salah satu bentuk investasi. Saya ingin Naya percaya pada saya. Kelak, saya yakin kepercayaan ini akan sangat berguna bagi saya dalam mendidik Naya, terutama kalau sudah remaja. Saya ingin sayalah orang pertama yang dituju Naya saat ada masalah. Saya ingin sayalah yang pertama tahu apapun yang terjadi dalam hidup Naya. Saya ingin Naya datang ke saya untuk meminta saran saat clueless. Semoga Naya engga bakal berpikir untuk berbohong pada saya, karena tahu Naya bisa percaya saya. So much for a bonding ha?:p
Meta benar, yang lebih dikuatkan bagaimana bonding atau ikatan antara ibu dan anak harus terjalin dan dibentuk sejak ia masih dini. Jika bonding anak dengan gadget lebih kuat. Perkembangannya cenderung egois. Misalnya, susah disuruh mandi, atau tak memperhatikan arahan orang tua karena terlalu asyik dengan gadget.

Sebagaimana yang juga pernah aku tulis dalam resensi "Bunda Seks itu Apa Sih?" bonding antara ibu dan anak juga berpengaruh pada perilaku seksnya. Bagaimana anak yang tidak nyaman menanyakan perihal seksualitasnya kepada orang tua cenderung mencari jawaban di luar. Tahu sendiri, bila anak sampai bertanya tentang seksualitas di internet yang tak berbatas.

Berbeda ketika ibu sebagai orang pertama dijadikan jujukan anak dalam segala hal, seperti apa yang diharapkan Meta di atas. Anak menjadi terarah dengan pola komunikasi yang benar.

Memberi gadget pada anak juga bukan perkata tangis dan tawa si anak. Tak ada ibu yang tak menginginkan anaknya bahagia, tentu banyak cara lainnya seperti cara Meta, membuatku merasa Ada Kartini di Dadanya. Semoga apa yang ia tulis mampu menginspirasi semua ibu di negeri ini dalam pengasuhan anak.

Artikel ini diikutkan dalam Giveaway Ada Kartini Di Dadamu.

Nb: semua gambar dan info dari blog metahanindita.blogspot.com

10 comments:

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Giveaway Ada Kartini di Dadamu di BlogCamp.
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  2. Wah..saya belum kenal sm mbk meta...kenalan ah ;)

    ReplyDelete
  3. Menarik sekali bagaimana mbak Meta mendidik anaknya, membangun kedekatan dengannya, memilih waktu yang tepat untuk mengenalkan gadget kepadanya. dan imbas dari pola asuhnya yang mengedepankan bonding, saya percaya akan benar-benar menjadi investasinya kelak bersama anaknya.

    Sukses untuk GAnya, mbak Nunu ;)

    ReplyDelete
  4. hebat sekali mbak meta ini :D patut di contoh

    ReplyDelete
  5. nanti saya pertimbangkan untuk mendidik anak saya
    sekarang masih proses pengajuan lamaran ke ortu cewek saya mbak,
    wakakakka

    ReplyDelete
  6. setuju mak : bonding atau ikatan antara ibu dan anak harus terjalin dan dibentuk sejak ia masih dini.

    ReplyDelete
  7. sosok kartini memang patut untuk diteladani ya kak, perjuangan nya sangat bermanfaat untuk wanita masa kini ;)

    saya mau komentar menggunakan Name/Url agak takut kak kalau di anggap sama Google, soalnya rawan pinalti dan rawan dihapus blog nya. Mohon maaf kalau saya pakai akun Google+

    ReplyDelete
  8. udah pernah baca bukunya dan bagus :D

    ReplyDelete
  9. mbak meta udah cantik pinter lagi ya,,,benar2 melek teknologi,,

    ReplyDelete
  10. Meta Hanindita? kyk pernah denger

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog