Monday, March 03, 2014

Kelangkaan Genteng: Layur atau Good Year?

Source: Ilustrasi berbagai jenis genteng 
Sempat tertunda satu bulan, alhamdulillah kami bisa meneruskan pembangunan rumah dengan sebet sana sebet sini (baca: hutang). Kami mengawali membangun rumah sejak Jumat 17 Januari silam. Awalnya direncana memulai selasa kliwon, 21 Januari 2014 maju karena orangtua masih mempercayai budaya hitungan pasar jawa. Katanya Jumat legi lebih baik. Pun lebih baik maju, juga pengaruh pekerjanya agar tidak mengambil job lain. Maklum, kami memang mengambil borongan karena keterbatasan dana. Semua dikerjakan serba minimalis, termasuk pemilihan penggunaan genteng.

Sejak awal sudah diperhitungkan dengan keadaan kantong, genteng Layur yang paling pas. Pas harganya, meskipun kurang pas kualitasnya. Itu sudah umum. Harga berbanding lurus dengan kualitas. Pemasangannya masih perlu penambahan sana sini. Lebih ribet. Karena kurang nyatu butuh disemen lagi. Gentengnya juga mudah patah meskipun fisiknya tebal. Ya enggak sesensitif itu sih. Asal enggak diinjak dengan keras saja. Dan pula air masih bisa merembes meskipun nggak bocor sampai menetes. Itulah pertimbangan kami. Genteng Layur masih tergolong standar harganya. Asal bisa melindungi dari panas dan hujan saja, alhamdulillah.

Dan setelah punya tambahan modal, sore tadi kamipun mendatangi galangan. Mendapati kenyataan genteng Layur sekarang langka. Hiks :( Tak lain karena pengaruh bencana alam gunung kelud meletus. Yup, seperti yang kita lihat di berbagai media. Ribuan rumah rusak akibat abu vulkanik. Yang paling rusak ringan saja, gentengnya sampai jebol apalagi yang rusak parah. Program recovery kelud oleh pemerintahlah yang menyebabkan genteng Layur langka. Semua pesanan bahkan yang belum dicetakpun sudah dibooking pemerintah. Hampir setiap pengrajin genteng. Entah berapa juta genteng yang dibutuhkan. Yang pasti aku sudah calling beberapa galangan dan enggak kebagian untuk bakal rumahku. Padahal cuma butuh 2.100 pcs saja.

Genteng tersebut kami butuhkan cepat. Rabu depan ini adalah adek kuda-kuda dimana kelanjutannya adalah pemasangan genteng. Mengundurkan jadwalpun tidak mungkin. Hari sudah ditentukan, tentu dengan banyak pertimbangan. Kalaupun memaksa nyerobot, kenaikan harganya sudah melampaui batas. Dari harganya 1.600 (seribu enam ratus) menjadi 2.500 (dua ribu enam ratus) per pcs.

Jika menggunakan stadart harga memang Layur pilihan tepat. Tetapi ketika harga sudah berubah, harus diperbandingkan dan dikalkulasi lagi. Memang nggak seberapa selisihnya hanya 900 rupiah. Tetapi untuk jumlah ribuan selisihnya bisa jutaan.

Perbandingan kami jatuh kepada Good Year, yang lebih dikenal dengan sebutan genteng Karang Pilang. Genteng yang pabriknya berada di daerah bernama Karang Pilang. Begitupun Layur sebenarnya nama daerah kalau nggak Tulungagung ya Trenggalek (Keren memang ya pabrik Genteng bisa mengangkat nama daerah). Memang jauh, genteng Good Year ukuran standart kualitas, bukan harga lagi. Sangat jauh menonjol, Good Year buatan mesin pabrik sementara genteng Layur home made buatan tangan manusia meskipun ada alatnya tersendiri.

Good Year berada pada harga diatas tiga ribu per pcs, tepatnya 3.750 untuk kelas 1. Dua kali lipat lebih harga Layur ketika normal 1.600. Tentu tak sebanding kualitasnya. Katanya sih, meskipun diinjak genteng Good Year masih tahan. Pokoknya jangan gajah aja yang nginjak yah. Lol

Tetapi ada pertimbangan lain diluar nalar orang yang enggak tahu tentang bangunan. Secara kasat mata memang itu yang terlihat. Ternyata segi kuantitas juga berpengaruh. Dalam satu ukuran rumah ternyata genteng good year lebih sedikit kebutuhannya daripada ketika menggunakan genteng Layur. Perbandingannya 20:24. Maksudnya untuk satu meter area genteng cuma perlu 20 genteng good year sementara genteng ngalyur satu meternya butuh sebanyak 24 genteng.

Tentu tak sama kebutuhannya. Untuk ukuran rumahku cuma perlu 1.750 genteng good year. Lebih sedikit 350 genteng. Sebelum Layur mendadak mahal sih itungannya masih mending. But untuk sekarang, selisih harganya yang enggak seberapa masih belum sebanding dengan kualitas. Ya, apa boleh buat kami mengubah pilihan menggunakan genteng good year meskipun dengan membawa uang pas-pasan.

Ya.ya. Memang inilah seninya membangun rumah yang ternyata enggak mudah. Lebih gampang beli, apalagi jika menyicil yang bisa disesuaikan dengan kemampuan. Tapi... Uang yang dikeluarkan lebih banyak lagi. Membangun rumah perlu modal besar diawal tetapi bukan berarti tidak menyisakan hutang. Setidaknya hutangnya lebih real dan masuk akal tidak terlalu banyak dan lama menyicilnya.

5 comments:

  1. kalo bikin rumah sendiri tambah mahal ya mbk,tapi enak bisa desain ssesuka hati hehe..semoga lancar mbk^^

    ReplyDelete
  2. Justru lebih bisa menkan budget mbak Hanna... Bisa menentukan memakai bahan yang bagaimana. Membeli rumah yang menghabiskan uang, meskipun yang dikeluarkan sesuai kemampuan per bulan, tapi itu jangka waktu lama lho. Tahunan. Bisa dua kali lipat.

    ReplyDelete
  3. Semoga lancar gentengnya ... eh ... halah.
    Genteng good year itu baru ya? baru dengar saya. Kalau genteng karang pilang dan genteng nglayur sih sudah tahu. Genteng karang pilang sepertinya lebih bagus daripada genteng nglayur

    ReplyDelete
  4. Wah semoga lancar pembangunannya mbak, hehehe... tempat saya juga banyak yang bikin genteng lho :D

    ReplyDelete
  5. Owh ada juga toh genteng Good Year, kayak merk Ban mobil saja :D Kok nggak pakai genteng press yang lain mbak, kan banyak tuh yang harganya terjangkau

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog