Wednesday, March 23, 2011

Surabaya Iam Comming

Perjalanan ke surabaya dan memilih meninggalkan kuliah sementara adalah keputusan berat. Ade Rai Lewaaaaaaat. Berbagai pertimbangan menyangkut biaya kuliah, biaya hidup, cita-cita, masa depan, karier, asmara, keuangan. Jodoh. Ha? Emang ramalaaann.

Belajar di STKIP PGRI Jombang memang sangatlah tepat untuk pilihan cita-cita saia menjadi seorang guru yang baik dan benar. Lebih tepatnya guru matematika ding. Hampir setiap kali dosen yang mengawali mata kuliah baru dengan memuji-muji kita para mahasiswanya.



Bangga rasanya bila menjadi seorang guru, banyak berperan dalam kesuksesan setiap orang. Seorang gurulah yang juga dulunya mendidik Obama ketika masih bangku sekolah hingga sekarang ia bisa duduk di kursi kepresidenan amrik sono, tak ketinggalan pak esbeye. Gak jauh-jauh ding, yang ngajarin ana berseloroh dan nulis-nulis gak jelas inipun guru juga lho. Manusia pula. Hua.ha.ha.ha
Kabarnyaaaa, taun 2010an –seingat saia sii. Pernah ada yang bilang kalu fulusnya seorang pengajar akan dinaikkan. Istilahnya menaikkan derajat guru. Ada gaji ke tigabelas pula bagi yang PNS. Minimal pendapatannya tak kurang dari 1.5 jetian. –membuatku ingin menelan ludah- katanya siii ka-ta-nya. Kita amini saja bareng-bareng. Amiiiiiiiiinn. Kelihatannya dari sini yang menarik minat saya menjadi guru. Hahahha matree teteup.

Disisi lain kuliah juga butuh biaya buu, dan bayarnya tidak pake daun. SPP PT swasta di jombang mah muraaaaahh, yang mahal lain-lainnya. Buku referensi, foto kopi, biaya ujian, iuran kelas, uang kebersihan, uang kemanan, belum lagi kalo ada tugas yang pake acara makan-makan. Umumnyaaa

Ditambah lagi biaya hidup, untuk kos. Belum lagi salonnya, manicure, pedicure, creambath setiap minggu. Hahaha akhwat githu lhooo… pada intinya semua itu perlu uang, gak ada gratis zaman sekarang!

Dan semua itu saia hanya menggantung sama dua kakakku. Suatu kali minta mas idin dan kali lain minta mas Andik. Tapi ketika dua-duanya sama-sama bokek walhasil pelototan kakak iparku yang dapat kutrima.

“kalu punya uang itu dihemat, tabung buat persediaan nekgak ada uang kayak gini. Mau gak mau adanya Cuma segini itupun utang”.

“iya mbak gak papa, terimakasih”, Hmmmmm,,, ikhlas gak siiihh??

Sebenarnya, usai SMA dalam kamus besar bahasa hidupku tak ada kata kuliah. Bisa lulus SMA saja udah bersyukur banget saya. Wasiat orang tua kepada mas Andiklah yang telah membujukku. Disekolahkannya kakak tertua saia sampai tinggi –padahal Cuma D1, dan dengan kelihaiannya bisa sampai lulus S1 enggak kayak adiknya ini yang kuliahnya terlunta-lunta enggak jelas. Tapi dengan segala bujuk rayu terpaksalah mendaftar juga. hiks.

Walaupun terpaksa, saia gak kuliah seenaknya atau hanya sebagai mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Saia adalah civitas akademika yang aktif dalam berbagai kegiatan internal maupun eksternal –ceileeeeee. Dan dengan bangganya saia ikut campur tangan dalam pembentukan BEM tahun ketika saia tinggalkan. Kira-kira kalau saia masih disono saia kali yaaaa yang menggatikan mas ketua BEM terpilih. Hehhe.

Meski sibuk begitu -sok sibuk lebih tepat, prestasi akademikku lumayan baguus lho. Bisa mencapai 3,89. Waaahh suit-suit pamer pamer. Gak heran jika kakakpun antusias untuk menguliahkan. Thanks broth.
Namun, ada keinginginan yang mendalam agar bisa membuat kakak tenang. Saia serasa menjadi dept collectornya setiap bulan, bahkan setiap minggu. Sudah berusaha mencari side job apa saja yang penting halal. Tapi seringkali berbenturan dengan jam kuliah. Pun juga alasan mental ketika waktu itu tak se tebal sekarang masih malu malu. Jadi muke badak sekarang.

Ternyata Tuhan yang maha bijak memberi jalan lain. Saia dipertemukan dengan sebuah peluang yang bisa memberi kuliah dan biaya hidup secara free. Segalanya gratis, tidur diasrama dan makan 3x sehari tanpa khawatir kelaperan, bisa nambah pula.

Peluang Emas pikirku, kenapa tidak diambil. Keluarga akan senang mendengarnya pasti. Meski bukan waktunya liburan atau weken, kusempatkan untuk pulang membawa kabar gembira ini. Dengan antusias kusodorkan brosur dan form pendaftaran serta persyaratannya pada kaksaia yang paling muda.

“mas-mas, ada kuliah gratis di surabaya”

“mana ada”

“liat dulu nii brosurnya”.

“ah.. ini bo’ongoan”

“ini beneran mas, saia sudah pernah ikut diklatnya 3 hari di Islamic center saat bulan puasa kemaren. Kan lumayan mas”

“Trus kuliahmu?”

“kan bisa ambil cuti, itung-itung bisa membantu sampean supaya saya gak terus2an mengganggu keuangan kalian” celetukku.

“kuliah saja yang rajin, dan tunjukkan prestasi belajarmu. Itu baru membantu kita” ups. Tampaknya saia salah kira.

“maas.. Unun tu tau sebenarnya tau kau gak punya cukup uang untuk menguliahkan unun, tapi kau selalu berusaha untuk selalu ada dan bisa memberiku uang setiap kali saia memintanya. Istrimu juga butuh uangmu, anakmu, mertuamu.” Hampir-hampir saia menangis mengucapnya.

Singkat cerita, kakakmuda tidak akan menyetujuiku mendaftarkan diri, bahkan ia tidak mau mengurusku lagi termasuk jika terjadi apa-apa denganku. Saia yang sok dewasa menerima dengan lapang dada keputusannya. Dan saia memutuskan sendiri jalan hidupku.

Gak patah semangadh, saiapun mencari pendukung dari kubu kakak tertua. Kali aja dia setuju, apalagi istrinya. Saia berkali-kali membayangkan senyum indah setiap hari akan tersungging dibibirnya jika saia bisa mendapatkan peluang ini.

Taukah sodara-sodara apa katanya, “Yo… gak popo di coba ae? Cuma setaun ae lho toh koen yo isok ambil cuti”.
Whaaaaats?? Bagaikan air ditengah gurun saharaa. Alhamdulillah akhirnya dapat pendukung.

Tiba-tiba dari dalam sang nyonya besar angkat bicara. “aneh-aneh ae, kuliah gak hanya kuliah saja. Memangnya cuti gak bayar apa? Kuliah makin lama makin mahal biayanya”.

Alasan yang tak bernaluri, toh saia sendiri juga tau kalu waktu cuti kuliah biayanya nol rupiah alias free.
“Bilangnya kuliah gratis, awalnya saja. Ujung-ujungnya paling juga disuruh bayar. Uang lagi, kakakmu lagi yang bayar.” Huuh peritungan bener sih nenek lampir satu ini. Bukannya tambah senenng jatah bulannya akan utuh malah ngomel-ngomel, cerewet, bawel. Umpatku. Hush akhwat kok ngumpat. Serba salaaaaaaaahh arrrrrghhhhhhh…

“westalah dek, dia kan sudah besar. Pasti sudah dipertimbangkan sendiri”. Ceilee kakakku bijaknyaaaa. Nyempil kata-kata dari mana. Ailupyu ailupyu kak.

Huaaaaaa Akhirnyaaa… saia bisa ke Surabaya dan kakak saia sendiri yang bersedia dengan senang hati mengantarkan saia, senaaaaaaaang Surabyaaaaaaaaaaa Iam Comiiiiiiiiiing…

Nunu El-fasa

No comments:

Post a Comment

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog