Sunday, June 29, 2014

Kesungguhan Wong Bodho Dalam Berbagi

Nampak santri mengahadang para musafir jalan raya
Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata Wong Bodho? Pasti yang negatif-negatif. Tetapi bagi sebuah pesantren Salafy di daerah Menganti, Wong Bodho digambarkan sebagai hamba yang rendah hati dalam segi apapun. Itu yang tergambar di benakku dari kaos yang mereka pakai bertuliskan; Nyengit, Medit, Pelit gak pantes dadi wong bodho. (Baca: Jahat, kikir, pelit tidak layak jadi orang bodoh)

Mereka adalah santri yang telah menghadang motor kami saat balik dari kampungku tadi. Dari penampakannya tak terlihat sama sekali sosok santrinya yang identik dengan peci dan sarung. Justru celana pendek atau katok komprang, serta kaos biasa dan rata-rata berambut gondrong.

Kata suamiku yang paham benar dengan anak pondokan, mereka adalah santri pondok laku. Dalam artian segala ilmu mereka dipraktekkan dalam laku, bukan hanya teori.

Seperti malam tadi, mereka mengahadang kami tidak hanya membagikan takjil gratis melainkan makanan buka bagi musafir yang melintas di Jalan Raya Kedamaian-Krian.

Jika biasanya takjil atau buka puasa yang dibagikan dalam bentuk bungkus. Para santri ini menyajikannya dalam bentuk layanan seperti layaknya melayani pembeli di warung makan. Mobil yang disulap jadi warung, dengan tikar lesehan untuk tempat menikmati hidangan. Sangat terlihat bagaimana kesungguhan mereka ingin benar-benar melayani sesama ummat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.

Jika dibayangkan memang sangat merepotkan, perlu banyak wadah makanan, piring, belum lagi harus mencuci bekas-bekasnya. Tetapi, beramal dengan Allah tak pernah ada kata rugi. Sungguh jika dihitung pahala mereka akan lebih banyak, dengan banyaknya pekerjaan yang mereka lakukan.

Sayangnya, banyak pengendara yang ragu berhenti. Padahal kalau makanan gratis begini paling banyak diserbu. Pasalnya, lokasinya memang di jalan raya yang bukan pemukiman. Melainkan sisi jalan berupa lahan kosong dan sawah. Aku sendiri awalnya mengira ada operasi polisi. Melihat gelaran tikar dan orang makan dengan piring kami jadi berubah pikiran.

Pilihan kami untuk berhenti bukan karena ingin dapat makan gratis tetapi kami salut, aku benar-benar salut dengan cara mereka. Bahkan kami dipersilakan jika ingin nambah makan atau ingin membungkus makanan. Benar-benar cara berbagi dan bersedekah yang baru kutemui. Semoga mampu menginspirasi yang lain untuk berbuat hal positif lainnya. 
Mobil yang disulap jadi warung buka puasa gratis
Kostum yang mereka pakai

12 comments:

  1. Subhanallah ... Kaum Bodho sangat faham betul bahwa membagikan 'takjil, makanan-minuman gratis pembuka puasa bagi musafir yg sedang menunaikan ibadah puasa, pahala yg mereka dapat, sama besarnya dengan yang akan diterima oleh para musafir itu.

    ReplyDelete
  2. kebersamaan yang luar biasa, mereka peduli dengan orang-orang yang sedang dalam perjalanan untuk memberikan tajil berbuka puasa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ficri. Sorii. Aku gak pernah bisa komen di tempatmu. Dari hape tenggelem muku kolom komennya

      Delete
  3. Masya Allah .. salut sama mereka. Semoga Ramadhan mereka berkah

    ReplyDelete
  4. Baru denger nih kasih makan sahur dengan cara gini, keren banget ya

    ReplyDelete
  5. wah sangat salut sekali , bener - bener mulia . jarang banget di daerah ku ada yang seperti itu

    ReplyDelete
  6. keren banget... saya jg salut bacanya...

    ReplyDelete
  7. Semoga tetap semangat dan istiqomah yaaa.. dna semoga menular ke kita semua niat baiknya, amin :)

    ReplyDelete
  8. ada-ada aja ya nama nya kok wong bodho :D
    mungkin sebagai bentuk rendah hati mbak ;)

    ReplyDelete
  9. Masya Allah.. Berbuat kebaikan dengan ikhlas pasti banyak pahalanya ya, Mbak.. Contoh yang bagus banget.. :)

    ReplyDelete
  10. Wah luar biasa mbak, saluttt... di Boyolali jarang ketemu yang seperti ini mbak :)

    ReplyDelete

Thanks for comming and no spam please

Follow
My twitter @ununtriwidana
My Instagram @nunuelfasa

Feel Free To Follow My Blog